watch sexy videos at nza-vids!
Skandal sex . Artis hot . Korea sex girl . Pinoy sex . Cerita dewasa sex . Artis indo hot . Katrina porn 3gp . Video sex


Cooltext1350940919

Benih cinta sejenis

Ini adalah pengalaman pribadiku
yang benar-benar terjadi.
Semua nama orang dan tempat di sini benar-benar ada.
Aku mohon maaf kepada anda yang namanya terdapat dalam kisah ini.
Aku terpaksa membeberkan
identitas anda sebenarnya di sini
sebab menurutku, jika kisah ini
menggunakan nama samaran
rasa-rasanya ada yang kurang.
Kisah ini diawali dengan
pendaftaran diriku di Adult
Friend Finder yang ada di
internet. Aku mengetahui Adult
Friend Finder dari temanku yang
terlebih dulu menjadi
anggotanya. Alamat homepage
Adult Friend Finder ada di http://
adult.friendfinder.com Jika ada
pembaca yang ingin mencobanya,
silakan. Aku mendaftarkan diriku
dengan gratis kok.
Setelah terdaftar di Adult Friend
Finder dan mengirimkan profilku
ke mereka, aku memperoleh
banyak respon dari orang-orang
yang menanggapi profil diriku
tersebut. Dari sekian banyak
respond melalui e-mail tersebut,
hampir semua berisikan surat-
surat gombal dari cowok-cowok.
Ternyata hanya ada segelintir
cewek yang mengirimkan e-mail
respond kepadaku. Satu di
antaranya yang membuatku
tertarik adalah seorang cewek
dari Indonesia juga. Dia tinggal di
Bali. Namanya Sinta. Usianya 30
tahun. Meskipun ia jauh lebih tua
daripada aku, tapi aku salut
pada keberaniannya
menghubungiku lewat e-mail.
Kemudian aku membalas e-mail-
nya ke alamat e-mail yang
diberikannya kepadaku, s..@h..
Siapa tahu saja Mbak Sinta
benar-benar serius dalam
menghubungiku. Eh, nyatanya,
memang nasib sedang mujur,
beberapa hari kemudian datang
e-mail balasan dari Mbak Sinta
ke mailbox-ku. Ia mengajakku ke
tempatnya di Denpasar. Wah,
kupikir, kan Denpasar jauh dari
Jakarta, kota tempat tinggalku.
Lagipula, duit dari mana untuk
membiaya kepergianku ke
Denpasar? Apalagi dalam masa
krisis moneter seperti sekarang
ini? Ah, tapi sebaiknya kuhubungi
Mbak Sinta aja. Siapa tahu ia
punya pemecahan atas
ajakannya itu. Kebetulan dalam
e-mail-nya yang baru ini, Mbak
Sinta mencantumnya nomor
teleponnya. Akhirnya kuputuskan
untuk menghubungi nomor
telepon tersebut, 0361-2xx.
Wow, ternyata nyambung!
"Halo, selamat pagi." Terdengar
suara lembut seorang wanita di
seberang sana.
"Selamat pagi. Bisa saya bicara
dengan Mbak Sinta?"
"Ya, saya sendiri. Dengan siapa
ini saya bicara?"
"Eh, Mbak Sinta. Ini Susi dari
Jakarta!"
"Susi? A**** (edited) Susi H****
(edited)?" Mbak Sinta
menyebutkan nama lengkapku.
"Bener, Mbak."
"Kenapa, Sus? Kok tumben kamu
telepon saya."
"Begini, Mbak. Mengenai ajakan
Mbak ke Bali, sebenarnya saya
mau aja. Tapi masalahnya saya
nggak punya biaya. Maklum lah,
Mbak, lagi jamannya krismon
begini."
"Mmm.. Begini deh, Sus. Kamu
datang aja ke tempat saya.
Untuk biaya pesawatnya kamu
pinjam aja dulu dari siapa. Nanti
akan saya ganti deh, Sus."
Dalam hati, aku girang
bercampur heran mendengar
jawaban dari Mbak Sinta ini. Kok
jaman sekarang ada orang yang
sebaik Mbak Sinta. Aku jadi
bertanya-tanya, sebenarnya
apa maksud Mbak Sinta
mengajakku menjumpainya di Bali.
Akhirnya kukatakan kepada
Mbak Sinta bahwa aku butuh
waktu beberapa hari untuk
memikirkan hal ini terlebih
dahulu. Namun kenyataannya,
tidak sampai memakan waktu
berhari-hari. Sore harinya, aku
memutuskan untuk memenuhi
ajakan Mbak Sinta. Setelah
menelepon Mbak Sinta sekali lagi,
lalu memesan tiket pesawat ke
Denpasar, aku pun berkemas-
kemas. Dan, siaplah aku ke Bali
keesokan paginya.
Setelah menempuh perjalanan
selama satu jam lebih sedikit,
akhirnya pesawat Garuda yang
kutumpangi mendarat dengan
mulus di bandara Ngurah Rai,
Denpasar. Setelah aku turun dari
pesawat dan tiba di terminal
kedatangan, aku mencari-cari
Mbak Sinta yang katanya akan
menjemputku setibanya di
bandara. Akhirnya aku melihat
seorang wanita cantik yang
berusia sekitar 30-an seperti
Mbak Sinta. Yah, mungkin saja
dia benar-benar Mbak Sinta.
"Maaf, Mbak Sinta?" Aku
bertanya kepada wanita itu. Ia
tersenyum.
"Susi ya." Ternyata ia benar
Mbak Sinta. Ia menjabat
tanganku.
"Bagaimana, Sus,
perjalanannya?"
"Yah, nggak kerasa, Mbak. Habis
baru juga take off dari
Cengkareng, belum sempet
nafas, sudah harus mendarat di
sini." Mbak Sinta tertawa
mendengar candaku.
"Yuk deh, Sus, kita makan dulu."
"Oke deh, Mbak. Saya juga sudah
lapar nih."
Lalu kami berdua pergi dengan
mobil Mbak Sinta ke kota
Denpasar yang letaknya tak
jauh dari bandara dan kami
makan siang di sebuah restoran
terkenal di sana. Aku heran.
Tampaknya hampir semua orang
yang ada di restoran tersebut
mengenal Mbak Sinta. Mereka
tersenyum dan menyapa Mbak
Sinta. Tetapi wajah mereka
menunjukkan keheranan melihat
aku yang sedang bersamanya.
Namun aku segera diperkenalkan
oleh Mbak Sinta kepada mereka.
Ternyata orang Bali ramah-
ramah juga ya.
Setelah kenyang makan, kami
berputar-putar sejenak
mengelilingi kota Denpasar yang
padat dengan kendaraan itu.
Akhirnya, jam tiga siang, kami
pergi ke tempat kediaman Mbak
Sinta, tempat aku akan
menginap selama di Bali. Dan kami
pun tiba di rumah Mbak Sinta.
Tempatnya tidak begitu besar,
tapi resik dan tertata rapi.
"Sus, sekarang kamu istirahat
dulu aja. Sementara di kamar
Mbak. Nanti akan Mbak siapkan
kamar untuk kamu. Mbak mau
pergi dulu ya, ada pekerjaan.
Jangan pergi ke mana-mana lho.
Nanti kamu nyasar." Aku
mengangguk. Setelah melepas
kepergian Mbak Sinta dengan
mobilnya, aku membereskan
barang-barang bawaanku dan
membawanya ke kamar Mbak
Sinta.
"Ah, nyamannya berbaring di
spring bed berukuran double
yang empuk ini, apalagi di kamar
yang sejuk berpendingin udara",
batinku saat kurebahkan
tubuhku yang penat di atas
ranjang milik Mbak Sinta. Hhmm..
Alangkah harumnya bantalnya.
Beberapa menit kemudian, saking
lelah dan mengantuk, aku pun
jatuh terlelap tanpa sempat
mengganti pakaian dahulu.
Wah, mungkin karena begitu
lelah setelah berjalan-jalan
hampir seharian, tak terasa
hampir empat jam aku tertidur
pulas tanpa gangguan. Jam
dinding berdentang tujuh kali
saat aku bangkit dari tempat
tidur. Langit sudah gelap, tapi
suasana rumah itu masih sepi.
Ah, Mbak Sinta pasti belum
pulang sejak tadi siang. Ih,
rasanya badan gatal nih belum
mandi. Kulepaskan pakaian
luarku, sehingga aku hanya
mengenakan BH dan celana
dalam. Aku membungkuk dan
mencari-cari handuk, pakaian
ganti, dan peralatan mandi
lainnya dari koperku. Ah, mana
ya, sabun cair Biore yang
kubawa. Ini dia! Saat kuambil
botol sabun cair itu, tiba-tiba ia
mencelat dari tanganku dan
jatuh ke lantai masuk ke bawah
meja rias Mbak Sinta. Sial,
umpatku. Lalu kujulurkan
tanganku ke bawah meja rias
untuk mengambil botol sabun
cair itu. Tapi tanganku
tertumbuk sebuah benda seperti
sebuah buku. Kuambil benda
tersebut dan tentu saja botol
sabun cairku juga dari kolong
meja. Oh, ternyata album foto
milik Mbak Sinta. Kenapa ya,
album foto bisa ada di kolong
meja rias? Apa mungkin jatuh
dan Mbak Sinta tidak
mengetahuinya?
Kutunda niatku untuk ke kamar
mandi. Kubuka satu persatu
halaman album foto yang
kelihatannya masih cukup baru
itu. Ya ampun! Aku terkejut.
Kututup mulutku dengan
tanganku sewaktu aku melihat
isi album foto tersebut. Ada foto
di mana Mbak Sinta telanjang
bulat dan puting susunya sedang
dikulum oleh seorang pria yang
tidak terlihat wajahnya.
Kemudian di foto yang lain, Mbak
Sinta tampak sedang bersetubuh
dengan seorang pria bule
setengah baya. Dan ada lagi
beberapa foto lain yang
gambarnya "seram-seram".
Misalnya ada Mbak Sinta yang
sedang dalam posisi 69 dengan
seorang gadis bermata sipit.
Keduanya dalam keadaan bugil.
Lalu ada lagi foto yang
menampakkan Mbak Sinta yang
masih mengenakan pakaian
dalam memasukkan kelima
jarinya ke dalam liang senggama
seorang wanita Indonesia yang
kira-kira sebaya dengannya. Dan
kuperhatikan, kesemua foto itu
diambil di tempat tidur yang
sempat kutiduri tadi.
Astaga! Apakah Mbak Sinta
seorang..? Aku tidak mau
melanjutkan prasangkaku itu.
Takut-takut nanti aku salah
duga. Tapi foto-foto ini kan jadi
buktinya. Seketika itu juga,
tubuhku serasa gatal sekali.
Barangkali ini hanya perasaanku
saja setelah melihat foto-foto ini.
Aku bergegas ke kamar mandi.
Setelah menanggalkan seluruh
pakaianku. Kunyalakan shower,
lalu aku mandi di bawahnya
sambil bernyanyi-nyanyi. Ah,
sejuknya mandi dengan air dingin
saat tubuh lelah seperti saat ini!
Karena derasnya shower
kunyalakan dan begitu kerasnya
suara nyanyianku, sehingga aku
tidak mendengar suara mobil
yang masuk ke pekarangan
rumah Mbak Sinta dan suara
Mbak Sinta yang memanggil-
manggilku, yang akhirnya masuk
ke dalam rumah menggunakan
kunci cadangan yang selalu
dibawanya ke mana-mana.
Uh, segarnya tubuhku setelah
mandi dengan puas diguyur
shower selama 15 menit.
Kukenakan kaus oblong tanpa
lengan dan celana pendek
warna-warni dari bahan katun.
Aku kembali ke kamar tidur
Mbak Sinta.
"Heh, Mbak Sinta, sudah pulang.
Kok saya nggak dengar sih?"
"Kamu sih mandi apa nyelam,
Sus?" Aku tertawa.
"Sus, kamu pasti sudah melihat
ini?" sambung Mbak Sinta sambil
menunjukkan album foto yang
tadi kulihat-lihat. Ya ampun! Aku
lupa menaruhnya kembali di
tempatnya semula, di kolong
meja rias.
"I.. iya Mbak", kataku takut-
takut, kuatir kalau Mbak Sinta
marah. Tapi Mbak Sinta malah
tersenyum.
"Kamu pasti sudah tahu
sebenarnya saya ini apa dan
siapa? Ya, benar, Sus. Saya
memang seorang wanita
panggilan. Tapi jangan salah,
saya bermain cinta tidak pernah
untuk uang, melainkan hanya
untuk kesenangan dan kepuasan
seksual belaka. Jadi jangan
samakan saya dengan pelacur
yang menerima bayaran atas
servisnya. Saya sama sekali tidak
pernah dibayar oleh teman-
teman tidur saya." Aku
mengangguk-angguk
mendengarkan penuturan Mbak
Sinta. Hatiku sedikit miris
mengetahui bahwa teman
baruku ini seorang wanita
panggilan.
"Dan saya adalah seorang biseks,
Sus. Saya bisa bermain dengan
pria maupun wanita, tapi saya
lebih suka dengan wanita, sebab
lebih aman, dan biasanya sesama
wanita tidak terlampau saling
menuntut." Aku seperti tersedak
karena pengakuan Mbak Sinta
ini. Batinku, apakah aku
sekarang akan dijadikan salah
satu kekasih lesbian Mbak Sinta?
Wah, celaka tigabelas. Jangankan
lesbian, berhubungan seks
normal dengan laki-laki saja aku
belum pernah. Aku masih
perawan.
"Memang, saya tertarik pada
kamu setelah membaca profil
kamu di Friend Finder dan
membaca seluruh isi e-mail dari
kamu, Sus. Saya belum pernah
berhubungan dengan orang yang
jauh lebih muda seperti kamu.
Jadi sekarang terserah kamu,
Sus. Kalo kamu nggak mau ya
nggak apa-apa. Saya nggak
akan memaksa kamu. Kita jadi
teman biasa aja, oke. Tapi perlu
kamu tahu, Sus, saya telanjur
suka sama kamu."
Kupikir-pikir, tidak ada salahnya
aku mencoba-coba berhubungan
dengan Mbak Sinta. Lagipula
karena sama-sama wanita, pasti
lebih aman. Di samping itu kita
berdua sama-sama saling
menyukai. Tapi bedanya, aku
menyukai Mbak Sinta ibarat
seorang adik terhadap
kakaknya. Sebaliknya Mbak Sinta
menyukaiku sebagai kekasihnya.
Akhirnya dengan pelan,
kuanggukkan kepalaku. Mbak
Sinta pun tersenyum. Ia
mengulurkan tangan kanannya
mengajakku mendekat
menghampirinya.
Aku dan Mbak Sinta duduk saling
berhadapan di atas ranjang.
Wajah kita amat berdekatan.
Dengan segera, Mbak Sinta
memagut bibirku yang merekah
di depannya. Lidahnya
mempermainkan lidahku. Aku pun
membalas mengulum lidahnya
dengan hangat. Terasa sebuah
perasaan aneh mengalir di
sekujur tubuhku saat lidah kita
saling bersentuhan. Apakah ini
yang dinamakan nafsu birahi?
Sementara mulutnya masih terus
melumat bibirku yang ranum,
tangan Mbak Sinta mulai
meluncur ke bawah ke arah
dadaku. Ia menyingkapkan kaus
oblongku ke atas, sehingga
tampaklah dua bukit indah
mempersona di dadaku yang
berukuran rata-rata tetapi
padat dan berisi tanpa tertutupi
selembar benangpun. Memang
aku terbiasa di rumah setelah
mandi sore tidak pernah
memakai BH untuk menyangga
payudaraku.
Mbak Sinta menyuruhku
berbaring tertelentang di atas
ranjang. Jari-jarinya yang lentik
menyusuri lekukan celah di
antara kedua bukit kembar di
dadaku. Kemudian naik ke atas
ke puncak salah satu bukit
tersebut dan berhenti di
tonjolan kecil dikelilingi lingkaran
coklat tua yang semakin tinggi
mengeras. Dengan ahlinya, Mbak
Sinta memilin-milin puting susuku
yang semakin lama memang
semakin menegang itu.
Sementara tangan satunya
turun lagi ke arah bawah
perutku. Dengan dua kali
tarikan, dipelorotkannya celana
pendekku yang menggunakan
tali kolor dan celana dalamku.
Kini, terpampanglah kemaluanku
yang ditumbuhi oleh rambut-
rambut tipis berwarna
kehitaman yang masih segar.
Melihat daerah vitalku ini, Mbak
Sinta semakin bergairah.
Mulutnya yang kini tengah
menjilati kedua puting susuku
secara bergantian, semakin
bertubi-tubi melumat pentil
kenikmatanku itu. Puting susuku
yang tinggi menjulang itu habis
dikulum oleh mulut Mbak Sinta.
Gelitikan lidahnya pada ujung
puting susuku membuatku
menggerinjal-gerinjal sembari
mendesah-desah kecil.
"Uuh.. Mbak.. Mbak Sin.. Aahh.."
Rasa kenikmatan menjalar
sampai ke ubun-ubunku. Apalagi
setelah lumatan mulut Mbak
Sinta berubah menjadi gigitan-
gigitan kecil dan gemas pada
puting susuku. Lalu ia kembali
menjilati dan sekali-kali mengisap
dan menyedot puting susuku
dengan bunyi yang merangsang.
Karena rangsangan yang
sedemikian hebatnya ini
membuat puting susuku
memerah keras dan kurasakan
ada cairan bening mengalir
keluar dari lorong kewanitaanku.
"Ouuhh.." Aku menjerit cukup
panjang tatkala jari telunjuk
tangan kanan Mbak Sinta
mempermainkan klitorisku yang
terletak di bagian atas gerbang
kewanitaanku. Diusap-usapnya
dengan penuh perasaan daging
kecil kemerahan tersebut.
Semakin membuatku menaik-
turunkan pantatku dengan
irama yang tak menentu. Dan
kewanitaanku menjadi semakin
basah dan licin.
Lidah Mbak Sinta sekarang pun
berpindah menyusuri setiap
bagian mulut liang kewanitaanku.
Tak ada yang terlewatkan
olehnya. Dijilatinya pula daging
kecil pembawa nikmat milikku.
Kemudian lidahnya dijulurkan
masuk ke dalam lubang
kenikmatanku hingga sampai
sepertiga lidahnya tertelan oleh
liang kewanitaanku yang
berdenyut-denyut, mengerut
dan mengembang. Dijilatinya
dinding liang kewanitaanku itu
yang semakin lama semakin
dibanjiri cairan kenikmatan.
Sekonyong-konyong, Mbak Sinta
menghentikan kegiatannya.
Tangannya menggapai-gapai
membuka laci meja riasnya.
Diambilkan sebuah benda lonjong
dan agak panjang berwarna
hitam dari dalam laci.
"Kamu tahu benda apa ini, Sus?"
Aku menggeleng. Mbak Santi
menekan tombol kecil berwarna
merah di pangkal benda
tersebut. Benda itupun dengan
mengeluarkan bunyi pelan
"Nguungg.." bergetar dan
ujungnya meliuk-liuk seperti
tubuh ular.
"Aaahh.. Mbak Sintaa..
Jangaann..!" Teriakanku
terlambat. Benda hitam tersebut
sudah disodokkan oleh Mbak
Sinta ke dalam liang
kewanitaanku dengan susah
payah, mengingat liang
kewanitaanku yang masih sempit
dan belum pernah terjamah.
Makin lama makin dalam
masuknya, sampai benda itu
hampir masuk semuanya di dalam
lorong senggamaku yang terus
berdenyut-denyut.
Mula-mula aku merasakan sakit
yang luar biasa di
selangkanganku. Akan tetapi
lama kelamaan, getaran dan
liukan-liukan yang ditimbulkan
oleh benda lonjong tersebut
mengakibatkan sensasi
kenikmatan yang tak tertandingi
oleh hal manapun di dunia ini.
Secara tak sadar, secara
refleks, aku memutar-mutarkan
pantatku mengimbangi liukan
benda yang sedang melakukan
penetrasi dalam kewanitaanku
itu. Dan Mbak Sinta pun mulai
mendorong dan menarik benda
hitam tersebut di dalam liang
kewanitaanku. Tambah lama
tambah cepat. Dan putaran
pantatku juga semakin cepat
pula. Akhirnya dengan mendelik-
delik aku mengejan.
"Aaahh.." Dengan lengkingan
panjang, kumuntahkan seluruh
cairan bening berwarna putih
yang sejak tadi antre untuk
keluar dari liang kewanitaanku.
Dibarengi dengan darah yang
juga mengalir dari sumber yang
sama, menandakan selaput
daraku robek. Dan dengan
terengah-engah aku
membisikkan sesuatu di telinga
Mbak Sinta. "Mbak, sa.. saya..
lelah sekali.." Aku pun jatuh
tertidur. Mbak Sinta tersenyum
melihat keadaanku. Ah, kamu
curang, Sus, batinnya, kamu
sudah keluar, aku membuka baju
pun belum.
Perlahan-lahan tanpa
menimbulkan bunyi, Mbak Sinta
bangkit berdiri dan
menanggalkan rok dan celana
dalamnya. Lalu sambil berdiri, ia
memasukkan benda hitam
panjang yang dipegangnya ke
dalam liang kewanitaannya
sendiri dengan mudahnya, sebab
liang kewanitaannya memang
sudah cukup lebar, akibat
seringnya dipenetrasi oleh
teman-teman bermain cintanya.
Dengan sekali sodokan, benda
hitam itu sudah hampir masuk
semuanya ke dalam kewanitaan
Mbak Sinta, menyisakan hanya
dua sentimenter saja untuk
tempat tangan memegang.
Dengan ketrampilan yang tinggi,
Mbak Sinta mempermainkan
benda nikmat tersebut di dalam
liang sorganya sendiri. Diputar-
putarnya serta digesek-
gesekkan benda itu dengan
kecepatan yang mengagumkan.
Makin lama makin cepat namun
tetap berirama, diiringi oleh
gerakan tubuh Mbak Sinta yang
seperti terhentak-hentak lalu
terhuyung-huyung.
"Ouuhh.. Ahh.. Uuuhh..!" Mbak
Sinta menjerit-jerit keras, tetapi
tidak cukup keras untuk
membuatku terjaga. Sementara
tangannya tetap membabi-buta
di lorong senggamanya. Dan
bertambah cepat saja disertai
dengan tubuh Mbak Sinta yang
makin terhuyung-huyung.
Akhirnya, Mbak Sinta
terjerembab lunglai di lantai
dengan wajah penuh kepuasan.
Tangannya masih memegang
benda lonjong hitam yang basah
kuyup oleh cairan bening
kenikmatan yang mengalir dari
liang kewanitaannya. Dan Mbak
Sinta pun menyusulku terlelap, di
lantai.
Tiga malam aku menginap di
rumah Mbak Sinta. Dan pada
setiap malam itu pula aku dan
Mbak Sinta mengulangi
permainan cinta kita. Dan aku
pun menjadi mahir
melakukannya, sehingga aku
dapat memberikan pelayanan
dan mengimbangi permainan
Mbak Sinta. Dengan demikian
kedua belah pihak sama-sama
terpuaskan.
Hari ini, satu bulan sudah sejak
aku kembali ke Jakarta, dan
satu bulan sudah aku
meninggalkan Mbak Sinta,
meskipun kita masih sering
berhubungan lewat e-mail
maupun pesawat telepon. Aku
pun merindukannya. Dan
sepertinya aku kini tidak begitu
tertarik lagi pada laki-laki.
Apakah ini yang dinamakan telah
tumbuh benih-benih cinta dengan
kaum sejenis? Apakah aku telah
berubah menjadi seorang
lesbian? Help me, please!
TAMAT

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

HOME

U-ON


Teacher & Student (174)
Lesbian (232)
Double Penetration (84)
Masturbation (222)
Doctor & Nurse (285)
Handjob (60)
Sunny Leone Sex Video
Indonesian Porn Video
Japan School Girl Sex
mrs Teacher Sex In Class
3 Teen Girls Fucking 1 Man
Sex In The Bathroom
Indian Very Young Wife RapE Video.3gp
Indian Actress Madhu Sharma Sex Video.3gp
School Girl 1st Time Sex Video (3.7MB).3gp
Katrina Kaif New Sex Video (4.5MB).3gp
College Girl Ankita Lokhande Sex Video.3gp