watch sexy videos at nza-vids!
Skandal sex . Artis hot . Korea sex girl . Pinoy sex . Cerita dewasa sex . Artis indo hot . Katrina porn 3gp . Video sex


Cooltext1350940919

Bersama Dominique

Berawal dari email lalu SMS, aku
berkenalan dengan Mini,
panggilanku pada Dominique.
Kami sepakat untuk saling bertemu di sebuah kafe, daerah atas kota Bandung.
Dari penampilan awalnya aku cukup tertarik, meskipun bodinya tergolong biasa-biasa saja tapi wajahnya yang sangat cute membuatku terdiam untuk sesaat.
Perawakan Mini kurang lebih
tinggi 165 cm, 50 kg dengan kulit
putih, rambut hitam lurus
sebahu, sama-sama keturunan
cina sepertiku juga dan berumur
20 tahun merupakan mahasiswa
di sebuah universitas swasta di
Bandung, ukuran payudaranya
34B dibalut dengan kaos ketat
sungguh ideal.
Kami pun mulai mengobrol
panjang di kafe tersebut dan
pendek kata kami pun mulai
serius tentang hubungan kami
yang mungkin lain dari biasanya,
yaitu kegiatan BDSM. Kuketahui
juga Mini sudah tidak perawan
karena pernah ML dengan
cowonya yang sekarang tidak
tahu ada dimana. Mini terlihat
sedikit nakal dan sesuai
harapanku yang sedang
mendalami bidang ini. Mini
menganjurkan di tempat kosnya,
karena katanya dalam 2-3 hari
ke depan tidak ada orang lain
karena pada mudik liburan. Aku
pun setuju dan berjanji besok
aku akan langsung datang ke
tempat kosnya.
Hari yang telah ditentukan telah
datang, aku pergi menuju 711,
swalayan dekat kampusku, di
sana aku membeli beberapa
gulung tali pramuka, jepitan
jemuran 1 pack, lilin merah besar
yang biasa ada di kuil-kuil 2
buah, dan beberapa minuman.
Siaplah aku menuju cafe yang
telah ditentukan, aku dengan
perlengkapan aku di tas sudah
lengkap plus belanjaan tadi.
Meluncurlah aku dengan
menggunakan motor bebekku ke
tempat kos Mini. Aku mulai
memperlahan laju motorku dan
melihat alamat yang tertera di
HP-ku, setelah beberapa lama
kutemukan sebuah rumah tinggal
yang dijadikan tempat kos.
"Biasa saja, lebih bagus kos gue",
pikirku.
Aku langsung menelepon Mini
agar keluar dari tempat kosnya.
"It's show time" dalam benakku.
Lalu aku melihat Mini keluar
dengan pakaian senam yang
masih basah keringat hingga
membuatnya makin aduhai.
"Sori gue baru beres joging nih,
masuk.., masuk", kata Mini sambil
membukakan gerbang.
Akupun mulai masuk dan
celengak-celinguk melihat kos-an
yang berisi 4 kamar layaknya
rumah tinggal biasa.
"Beneran kaga ada sapa-sapa
neh?", tanyaku.
"Kaga ada, pembokat dah pulang
dari tadi, now cuma ada lo ama
gue, kapan neh mulainya?",
Jawab Mini.
Aku langsung mengeluarkan
tasku dan Mini langsung ikut
melihat barang yang kubawa.
"Hehe.. kok gituan aja seh, disini
juga ada kaga usah repot-
repot", kata Mini sambil
mengeluarkan kotak di
kamarnya.
"Pake semua yang lu mau ke
gue" jawabnya sambil
memberikan kotak tersebut
padaku.
"Wahh.., gila lo dapat dari mana
semua alat ini?", tanyaku karena
baru kali ini aku melihat alat-alat
penyiksaan yang biasanya hanya
aku liat di internet.
"Jangan rewel, cepetan donk
gue dah ga sabar lu bisa apa
aja", jawabnya.
Tanpa menjawab karena aku
masih keasyikan melihat
"barang-barang" yang sebagian
masih tidak kuketahui fungsinya.
"OK., siplah ayo kita mulai",
jawabku.
Permainan dimulai, Mini hanya
duduk melihatku meninjau
tempat yang ingin aku gunakan.
"Sini lo, gue dapat tempat yang
enak buat nyiksa lo", kataku
sambil tersenyum melihat
lapangan basket dengan 1 tiang
dengan luas 4x5 meter di
ruangan tertutup belakang kos.
Aku mulai mengambil bambu bulat
berukuran 1 1/2 meter dengan
diameter 10 cm dan mengikat
tangan Mini bersama bambu
tersebut. Hasilnya tangan Mini
terentang ke arah berlawanan
seperti orang yang disalib. Belum
puas dengan itu aku mengikat
"shibari", sehingga payudaranya
tampak menonjol.
Mini merasa kesakitan terlihat
dari wajahnya yang mulai merah,
tapi saat kutanyakan Mini
menjawab "Lanjutin aja gue
nikmatin kok, jangan sungkan-
sungkan gue kaga marah gue
hepi kok" sambil tersenyum.
Akupun tidak tanggung-
tanggung lagi langsung
mengambil sepatu hak tinggi
merahnya sekitar 10 cm,
penjepit yang telah kubeli, ball
gag di kotak Mini, dan sun block
untuk kuoleskan pada kulit Mini
karena rencanaku akan kujemur
Mini di lapangan tersebut dalam
waktu cukup lama, matahari
masih cukup terik meskipun jam
sudah menunjukan pukul 4 sore.
Setelah kuoleskan pada sekujur
tubuhnya, aku memasangkan ball
gag ke mulutnya.
Aku yakin Mini tidak akan bisa
bersuara lagi. Kemudian sepatu
tingginya untuk memberikan
efek pegal dan kejang, aku mulai
membuat simpul di bambu yang
menempel di punggung Mini
untuk digantung di tiang ring.
Akhirnya Mini hanya menapak
pada hak sepatu yang kecil
dengan badan tergantung tanpa
daya. Terakhir aku
memasangkan penjepit di kedua
belah puting, di ketiak, di paha,
di perut, di bagian kemaluannya.
"Erghh. Hh.. Hh..", kudengar
erangan Mini tapi tidak
kuhiraukan.
"Ok gue tinggal dulu, gue laper
mo makan", kataku dengan
senyuman sambil memasangkan 2
jepitan tersisa di daun
telinganya, langsung terlihat Mini
berusaha melepasnya dengan
menggeleng-gelengkan
kepalanya tapi percuma karena
jepitannya cukup kuat.
Maka tinggalah Mini sendirian,
karena aku sudah pergi untuk
melihat-lihat "lokasi" berikutnya,
lalu aku benar-benar pergi
membeli makan tak jauh dari situ
ada tempat makan nasi campur
yang sudah jadi langgananku
meskipun aku tidak kuliah di
daerah tersebut.
Tak terasa aku sudah makan
dan nonton TV, serasa pemilik
rumah tersebut hingga sudah 1
jam lebih aku meninggalkan Mini.
Sebenarnya aku bisa saja
berbuat jahat, tapi jika aku
hanya ingin kesenangan materi,
aku sudah berkecukupan :).
Kutengok Mini yang sudah
bersimbah keringat semua baju
senamnya sudah basah. Pertama
kulepaas jepitan-jepitan yang
terpasang.
"Aarrgg.. Hh..", desah Mini karena
aliran darahnya berjalan lagi.
Mini terlihat pucat, lemah sekali
kehabisan tenaga karena
"upacara" tadi. Kulepaskan juga
ikatan pada bambu tapi tali
shibari yang mengelilingi
tubuhnya tak kulepas malah
kutekukkan pergelangan tangan
Mini ke bagian belakang dan
kuikat, dadanya makin menonjol.
Sebenarnya aku cukup prihatin
karena walau tak kuikatpun Mini
sudah pasrah dan tidak akan
kabur.
Aku tanya padanya, "Lo masih
kuat gak?", sambil kulepas ball
gag yang menyisakan garis
merah di pipinya.
"Gak papa kok gue cuma cape
aja", jawabnya sambil tersenyum
kecil.
Kemudian kupapah dirinya ke
kamarnya lalu kusuapi makan
dan minum dengan kondisi
tangan masih terikat.
"Sudah siap untuk selanjutnya?",
tanyaku setelah memberinya
waktu istirahat setengah jam
yang Mini lewatkan untuk
rebahan di tempat tidurnya.
"Ok", jawabnya lemah.
Lalu akupun mulai membuka
semua ikatan yang ada di tubuh
Mini. Meskipun aku sudah tidak
tahan ingin ML dengan Mini aku
masih kasihan melihat
keadannya. Akupun
memandikannya sambil meraba-
raba sekujur tubuhnya dan
membincangkan apa yang
diinginkan Mini untuk permainan
berikutnya.
Jam telah menunjukkan pukul 7
malam saat aku mengajak Mini
makan keluar, minipun
menyetujuinya dan Mini tidak
kuperbolehkan memakai pakaian
dalam baik bra ataupun CD,
sebelum Mini menjawab, aku
sudah memainkan lidahku di
puting susunya yang mulai
menegak dan terdengar desahan
Mini.
"Lo boleh ikut tapi kukenakan ini
ya", kataku sambil mengambil
rantai kecil dengan jepitan
berskrup di kotak peralatan
BDSM Mini.
Kukenakan di sebelah putingnya
yang telah menonjol lama, lalu
kukencangkan skrupnya
sehingga aku yakin tidak akan
lepas, tidak hanya itu, aku juga
mulai foreplay di selangkangan
Mini dengan lidah hingga cukup
membuat Mini terangsang dan
hampir orgasme karena
kumainkan jemariku juga di
kemaluannya. Aku berhenti tapi
Mini merengek dan kukatakan
agar bersabar, sambil tersenyum
dan mengambil dildo berbentuk
kapsul yang biasa ada di film
jepang dengan kekuatan 2
batere kecil.
"Gue pakein ini juga OK", ujarku
sambil memasukkan dildo itu
dalam vaginanya yang sudah
basah sehingga mudah dimasuki.
Terakhir kuambil tali dan
merapatkan Mini dan mengikat
paha atasnya sehingga mainanku
akan tetap berada di dalam
kemaluan Mini. Aku lalu mengambil
rok hitam ketat sebatas lutut
untuk menutupi badan bawah
Mini, aku tertawa kecil ketika
aku menyuruh Mini berjalan bak
artis melenggok di cat walk,
karena Mini harus menyilangkan
kakinya akibat ikatan tadi.
"Sip.. Deh OK kita pergi", ajakku
sambil kukenakan jaket bulu
untuk menutupi badan Mini yang
hanya dihiasi rantai.
Kami keluar dengan motorku.
Sebelum berjalan, aku
menyalakan switch on pada
mainan yang "tertanam" tadi
sehingga bergetar dan membuat
Mini kehilangan tenaga. Di
sepanjang jalan Mini memelukku
dengan tangan yang tidak
berhenti meremas-remas jaket
aku.
"Dah mulai basah ya? Ga tahan
ya?", godaku. Mini tidak
menjawab.
Tak lama kemudian kami berhenti
di tukang jagung bakar di
daerah Dago dan memesan
makanan dan minuman. Kulihat
Mini agak salah tingkah dan
seperti maling takut ketahuan
polisi, banyak gerakannya yang
tidak lazim dan aku
mengingatkannya sambil
memeluknya.
"Anter gue beli pulsa ya di BEC",
suatu tempat elektronik di
Bandung, pintaku.
Mini hanya mengiyakan dan aku
sengaja membawa jalan-jalan
karena aku tahu bahwa semakin
banyak gerakan maka Mini makin
terangsang jadinya. Mini
berusaha bertindak sebiasa
mungkin. Perlu diketahui pacarku
masih pulang kampung dan aku
sudah biasa jalan dengan cewe-
cewe sehingga tidak takut kalau
kepergok teman. Minipun karena
baru masuk kuliah dia belum
punya banyak teman dan dia
bukan asli orang Bandung.
Pendek cerita kami berdua
sudah sampai di tempat kos Mini
lagi dan aku segera membuka
jepitan di putingnya dan
mengeluarkan dildo yang sudah
basah. Kami berdua tidak tahan
lagi hingga langsung saja kami
melakukan ML dan setelah
setengah jam aku mengeluarkan
sperma di kondom, Kemudian
dilepasnya kondom tersebut dan
kusuruh Mini yang sudah terkulai
lemas mengisap-isap kemaluanku.
"Aarrgg.. ngghh", erangku
keenakan karena baru pertama
kali mengalaminya, biasanya
hanya "ngocok" di kamar :).
Aku menggapai tasku dan
kuambil lilin yang tadi kubeli, dan
menanyakan..
"Pake ini kuat gak?"
"Boleh dicoba tuch", jawabnya
dengan nada menantang hingga
cukup membuatku bersemangat
kembali.
Tanpa ragu aku kembali dengan
membawa tambang berwarna
merah, dan mulai dengan
mengikat kedua tangan Mini di
belakang punggungnya hingga ke
siku, terus ke depan tubuh
hingga membentuk "breast-
bondage" yang ketat. Lalu
kurebahkan Mini menungging di
lantai, dan siksaan dimulai
dengan mencambuki Mini dengan
cambuk kulit, tapi tidak terlalu
keras dan hanya bertujuan
merangsangnya. Kemudian
tubuhnya kubalik telentang.
Pergelangan kaki kirinya diikat
menyatu dengan pangkal paha,
yang kemudian ditambatkan ke
pinggir ruangan, sedangkan
ikatan pada pergelangan kaki
kanan ditambatkan ke atas,
sehingga bagai sedang
memamerkan vaginanya.
Kembali kucambuki tubuhnya
dalam posisi begini. Mini
mengerang keras dan meronta-
ronta tapi ikatanku cukup kuat
untuk dilawan seorang cewe
hingga akhirnya Mini hanya bisa
pasrah. Selanjutnya tubuh Mini
kuikat dengan model "shibari", di
atas bondage-bra, sehingga
payudaranya tampak menonjol.
Dengan kedua tangannya yang
terikat ke belakang, dia hanya
bisa pasrah menerima cambukan
bertubi-tubi pada kedua
payudaranya. Begitu juga ketika
kedua tonjolan itu masing-masing
kujepit dengan penjepit jemuran
berukuran besar. Kembali ujung-
ujung cambuk mendarat ke arah
perut dan payudaranya. Mini
menjerit-jerit kesakitan, namun
aku tetap tidak peduli dan terus
mengayunkan cambuk, karena
aku yakin dia juga menikmatinya
walau sulit dijelaskan dari
wajahnya di balik rasa sakitnya.
Kini pada ronde berikutnya aku
membaringkan Mini di tengah
ruangan, lalu aku berjalan
mengitarinya dan mengambil
semacam minyak untuk dioleskan
ke sepasang payudaranya.
Kemudian tetesan-tetesan lilin
panas jatuh menimpa puting dan
seluruh daerah payudaranya.
Tubuhnya meronta-ronta
berkelojotan menahan panas dan
rasa nyeri. Setelah itu lapisan lilin
itu kukelupas sehingga
menghasilkan bentuk gundukan
menyerupai payudaranya.
Tak tahan mendengar rintihan
dan erangan Mini ditambah
melihat gerakan Mini, "adik"-ku
bangkit kembali dan kulepaskan
ikatan tangan dan kaki Mini lalu
kuambil dildo berbentuk
kemaluan pria berukuran sedang
dan kembali kusuruh Mini untuk
menghisap penis (blow-job) aku.
Sebelumnya aku sudah
memasangkan dildo ke anusnya
dan kemudian meneteskan lilin
panas ke pinggulnya. Rangsangan
dildo dan panasnya lilin membuat
Mini kian agresif melakukan
blow-job nya. Akhirnya aku
mengeluarkan "lahar panas"-ku
untuk kedua kalinya. Aku
merebahkan Mini di ranjangnya
dan tak terasa kami tertidur
pulas karena kecapean, untung
saja pada saat pulang dari BEC
tadi kami sudah mengunci rapat
semua pintu dan jendela.
Jam telah menunjukan pukul 5
dini hari. Mini masih tertidur
pulas. Aku mengingat kejadian
semalam sambil menyiapkan mie
instant untuk sarapan pagi lalu
setelah siap kubangunkan Mini,
lalu kami makan sambil mengobrol
di ruang makan.
"Gimana semalem?", tanyaku.
"Gila lo puting gue masih sakit
gara-gara lilin, tanggung jawab
lo", jawabnya sambil tersenyum.
Dari air mukanya aku tahu
bahwa Mini menikmatinya. Tak
terasa jam sudah menunjukkan
pukul 7 pagi, lalu aku mengajak
Mini mandi bersama tapi tentu
saja tak lepas dari aktifitas
BDSM kesukaan kami berdua.
Mini mulai kuikat bersujud di
kamar mandi dan lalu
kusuntikkan cairan ke dalam
anusnya dengan menggunakan
suntikan besar. Tidak puas
dengan suntikan, aku
memasukkannya dengan
menggunakan selang infus.
Setelah 1 liter air di tabung
habis, tabung kembali kuisi penuh
dan terus dialirkan memasuki
anusnya. Mini menggeliat tanpa
daya menahan rasa mual akibat
air yang menyesakkan tersebut.
Setelah berliter-liter air
memasuki tubuhnya, selang
kulepas. Karena sudah penuh,
maka air itu memancur kembali
keluar dari anusnya. Demikian
kulakukan terus berulang-ulang,
hingga akhirnya yang keluar
bukan lagi hanya air bening,
namun sudah bercampur dengan
kotorannya. Aku sedikit merasa
jijik tapi segera kubersihkan dan
kutaruh badan Mini yang masih
terikat di dalam bath-tub dan
mulai merendamnya. Selama itu
aku mandi dan menyiapkan diriku
sendiri untuk acara selanjutnya.
Setelah selesai, Mini kulepaskan
ikatannya dan kusuruh untuk
bersiap-siap juga.
Mini keluar dari kamar mandi
dengan handuknya dan akan
menuju kamarnya untuk
berpakaian, tapi aku
melarangnya dan langsung
berkata bahwa aku akan pergi
dan aku ingin memajang dirinya
dalam posisi bondage yang lain.
Mini bertanya aku akan pergi
kemana, karena dia takut kalau
aku kabur, tapi aku memberi
jaminan dan janji bahwa aku
akan balik lagi, maka Mini pun
pasrah mau menerima siksaan
berikutnya.
Kini Mini terbaring di lantai.
Kedua tangannya kuikat
terpisah masing-masing ke arah
bawah, sedangkan kedua
kakinya juga kuikat terpisah,
namun masing-masing ke atas
kepala, sehingga tubuhnya
tertekuk sedemikian rupa
dengan pinggul di udara, dan
kedua lutut mengapit kepalanya.
Dalam posisi seperti ini, dia
bagaikan sedang memamerkan
lubang duburnya yang
menengadah ke udara. Tentu
saja kondisi ini menimbulkan rasa
pegal yang luar biasa.
Tak lupa aku memasangkan ball
gag di mulutnya dan kutaruh
mangkuk untuk menampung air
liur yang keluar dari mulutnya.
Pergilah aku dan kukunci pintu
kamarnya dan rumah kos itu
untuk beberapa saat. Aku cukup
khawatir meninggalkan Mini
sendirian dengan posisi tersebut,
untung saja teman yang berjanji
akan menemuiku membatalkan
dan aku langsung meluncur ke
tempat kos Mini kembali dan itu
juga sudah hampir 1 jam sejak
kutinggalkan Mini.
Aku langsung membuka ikatan
yang menyebabkan tubuhnya
sudah mulai membiru dan air
liurnya sudah sebanyak
setengah mangkuk lebih. Mini
menangis dan tidak mau ditinggal
olehku lagi. Aku tidak bisa
berbicara lagi selain memeluknya.
Kami mengamati garis-garis yang
tampak jelas di badan Mini dan
kami pun terbaring di ranjang
kos sambil berbincang-bincang
seputar BDSM yang telah dan
akan kami lakukan.

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

HOME

U-ON


Teacher & Student (174)
Lesbian (232)
Double Penetration (84)
Masturbation (222)
Doctor & Nurse (285)
Handjob (60)
Sunny Leone Sex Video
Indonesian Porn Video
Japan School Girl Sex
mrs Teacher Sex In Class
3 Teen Girls Fucking 1 Man
Sex In The Bathroom
Indian Very Young Wife RapE Video.3gp
Indian Actress Madhu Sharma Sex Video.3gp
School Girl 1st Time Sex Video (3.7MB).3gp
Katrina Kaif New Sex Video (4.5MB).3gp
College Girl Ankita Lokhande Sex Video.3gp