watch sexy videos at nza-vids!
Skandal sex . Artis hot . Korea sex girl . Pinoy sex . Cerita dewasa sex . Artis indo hot . Katrina porn 3gp . Video sex


Cooltext1350940919

Boss wedding

 Suatu sore di bulan April tahun
lalu, aku dipanggil "Big Boss", Pak
Gun, seorang duda berumur 55
tahun, yang sebentar lagi
melangsungkan pernikahannya
yang kedua dengan Bu Enny
mungkin sekitar umur 40-an,
setengah tua tapi kencang.
Dengan penuh tanda tanya di
benakku, aku masuk ke
kantornya saat semua orang
sudah pulang, maklum jam sudah
menunjukkan 18:30 sore.
"Silahkan masuk!" sapanya ramah
dari balik mejanya setelah
melihat kehadiranku.
"Terima kasih Pak," jawabku.
Setelah basa basi sejenak
akhirnya Pak Gun mulai menuju
poin pembicaraan.
"Pak Hendra, mungkin anda
masih ingat mengenai kasus di
Proyek A dimana anda adalah
orang yang bertanggung jawab
untuk itu," katanya dengan
santainya.
Serasa petir menyambar di
kepalaku. Kasus itu sudah terjadi
setahun yang lalu ketika aku
masih di kantor cabang
Surabaya dan memang kasusnya
tidak pernah dinyatakan close
atau masih open alias
menggantung.
"Ya Pak!" jawabku lemas, karena
bayangan di kepalaku hanya
satu yaitu pemecatan dengan
tidak hormat, meskipun semua
orang tahu bahwa itu bukan
kesalahanku, tetapi kesalahan
orang sebelum aku yang sudah
kupecat, tapi permasalahannya
tetap who is responsible at this
project.
"Kamu tahu kan sangsinya sesuai
aturan perusahaan!" lanjutnya.
"Iii.. ya Pak," jawabku seakan
tersekat di tenggorokan,
membayangkan resiko yang akan
menimpa aku dan keluargaku.
"So what's your plan," desaknya.
"Saya sudah clarify dengan
Internal Audit mengenai hal itu,
dan semua keputusan kembali ke
Bapak, jadi saya menunggu
guidance dari Bapak," jawabku
lirih sambil melihat ujung
sepatuku.
"Apa kamu masih ingin bekerja
terus disini, terutama di posisimu
yang sekarang ini?" tanyanya
selidik.
"Tentu Pak, saya masih ingin
berkarir di perusahaan ini selama
diberi kesempatan."
"Kalau kamu aku berikan second
chance, apa yang akan kamu
berikan padaku?" tanyanya.
"Maksud Bapak?" tanyaku balik
tidak mengerti.
"Apa imbalannya kalau kasus ini
aku nyatakan close dan anda
bersih."
"Terserah Bapak, saya ikuti
semua permintaan atau petunjuk
dari Bapak," kataku setengah
bingung.
"Semua?"
"Ya semua, saya akan berusaha
penuhi semua permintaan bapak
sejauh saya mampu."
"Ha.. ha.. ha.. ha.." tawanya,
membuat aku semakin tidak tahu
arahnya.
"Oke Pak Hendra, aku pegang
kata-katamu, kamu kan tahu
sebentar lagi aku akan married
dengan Bu Enny, dan aku minta
special gift dari kamu secara
pribadi the best gift you ever
had," pintanya.
"Apa itu Pak, kalau boleh saya
tahu, biar tidak salah
pengertian," tanyaku masih
kebingungan."Pak Hendra, you're
a lucky guy, you have beautiful
and sexy wife, dia sangat
attractive lady terutama kalau
pakai baju pesta, aku tahu itu
saat perkawinan si Erwin
(anaknya) tempo hari, it make
me can not forget about her
performance," jelasnya.
"Maksud Bapak?" tanyaku makin
kebingungan.
"Mungkin saya bukan a good
boss, tapi sebagai seorang laki-
laki yang normal, wajar dong
kalau saya ber-fantasy dengan
wanita cantik," lanjutnya.
"Terus..?" tanyaku lagi.
"Oke, to the point saja, saya
ingin ditemani istrimu semalam
sebagai hadiah ulang tahun dan
kompensasi bahwa kasus ini
close," katanya tajam sambil
menatap ke arahku.
Bagai disambar geledek, aku
tidak bisa bekata apa-apa,
situasi serba sulit.
Kehidupan keluargaku cukup
harmonis meskipun sesekali aku
atau istriku melakukan
extramarital tapi itu just for fun
dan tanpa beban seperti ini. "Pak
Hendra, permintaanku tidak
perlu kamu jawab sekarang, tapi
bicarakan lagi dengan istrimu
dan ingat janjimu tadi serta
kelangsungan karirmu di sini, aku
tunggu jawabanmu sebelum
pesta perkawinan nanti,"
katanya melihat kebisuanku. Aku
tinggalkan kantor dengan
perasaan tidak karuan, anehnya
perasaan horny merayap di
benakku, secara pribadi tidak
keberatan menyerahkan my
beautiful wife pada Boss tapi
bagaimana tanggapan istriku
nanti.
Sesampai di rumah, sambil santai
dan deg-degan, kusampaikan
masalahku dan akhirnya sampai
pada permintaan Pak Gun.
"Dasar Boss gila dan tak tahu
diri," katanya.
Setelah kami diam beberapa
saat, akhirnya dia menyerahkan
masalah ini padaku.
"Kalau ini baik bagi Mas dan kita
berdua, aku nggak keberatan
kok, lagian kita juga pernah
melakukannya, meskipun dalam
konteks yang berbeda."
Plong rasanya mendengar kata-
katanya.
"Tapi dengan syarat yang akan
aku akan bicarakan langsung
dengan Pak Gun nanti kalau
waktunya tiba, jangan kuatir
Mas, I still love you, this is for
ours," katanya manja.
Waktu terus berlalu sejak
pembicaraan dengan Pak Gun,
dan pesta perkawinan tinggal
seminggu lagi, hingga akhirnya
Pak Gun mengingatkanku
mengenai tawaran itu.
"Saya sudah bicara dengan
istriku dan dia ingin bicara
langsung dengan Bapak kalau
Bapak tidak keberatan,"
jawabku melalui HP.
"Oh tentu tidak, bicara dengan
wanita secantik dan seseksi istri
anda merupakan kehormatan
bagiku, I'm waiting for her call,"
katanya sambil menutup
pembicaraan.
Segera aku hubungi istriku
untuk menelepon Pak Gun siang
ini.
Sore hari aku diminta
menghadap ke ruangan Pak Gun.
"Pak Hendra, istri anda ternyata
benar-benar seorang penggoda,
makin besar keinginanku untuk
terhadap dia," katanya setelah
kami berdua duduk di sofa
ruangan direksi.
"Istriku sudah menghubungi
Bapak?"
"Ya tadi siang, dan dia minta
syarat yaitu dia mau menemani
semalam tapi sebelum aku bulan
madu dengan Bu Enny," katanya
sambil mengambilkan orange juice
dari lemari es.
"Istrimu minta pada saat wedding
party dia mau melayani disela-
sela acara, di honeymoon suite
dan dia minta kalau kamu
berminat ikut serta di kamar itu,
sebagai hukuman katanya, dan
kalau kamu mau, kamu boleh join
dengan aku malakukannya
secara bersama sama. Karena
saat itu waktunya pasti mepet,
dia mau malakukan lagi besoknya
at any time dengan syarat aku
belum melakukan dengan Bu
Enny, dan kamu boleh join
terserah kamu, it's horniest idea
I ever heard," jelasnya antusias.
"Terus menurut Bapak gimana?
apa aku harus join?"
komentarku.
"Aku setujui permintaannya,
karena acaranya standing party,
I have many chance to disappear
dari party just for quicky dan
aku minta dia stand by di kamar
at any time," jelasnya.
"Asal kamu tahu, aku sudah
reserve 2 suite at same floor,
satu untuk pengantin dan
satunya untuk aku dan istrimu,
setelah para tamu pulang istrimu
stand by di kamar, kamu bisa
pakai juga untuk honeymoon
lagi, tapi harus ready any time
for my visit, Anytime!" tegasnya.
Aku cuma bisa mengiyakan
rencana mereka berdua.
Hari perkawinan tiba, sesuai
rencana kami berangkat lebih
awal, dari undangan jam 7:00
kami sudah tiba di Hotel
Shangrila jam 3 sore, dan
langsung menuju ke suite yang
sudah disiapkan untuk istriku,
barangkali Pak Gun mampir
sebelum acara dimulai.
Sementara istriku menyiapkan
diri di kamar, aku turun ke
lobby, jam 6 sore para undangan
dan keluarga sudah kelihatan
berdatangan. Aku naik ke atas
untuk memberitahu istriku
supaya bersiap ke acara.
Kupencet bell kamar suite, cukup
lama aku menunggu sebelum
pintu dibuka oleh istriku yang
cuma berbalut handuk. Diluar
perkiraanku ternyata Pak Gun
sudah di dalam kamar, beliau
duduk di sofa kamar tidur masih
memakai baju putih lengkap
dengan dasi kupu-kupunya,
sementara bawahnya cuma
ditutupi handuk putih sama
dengan yang dipakai istriku.
"Sorry Pak, aku nggak sabar
menunggu sampai nanti malam,
jadi iseng aku mampir kemari
sambil menunggu Bu Ennie di-
make up di kamar pengantin,"
sapanya.
"Eh anu nggak apa kok, lagian
kita sudah perkirakan, udah
lama Pak?" tanyaku setelah bisa
menguasai diri.
"Tepat setelah kamu keluar
kamar ini, aku coba HP ternyata
nggak kamu bawa, jadi aku mulai
saja, any problem?" jawabnya
santai.
"No sir, it's okey for me, go
head," jawabku, berarti sudah
lebih 30 menit dia di kamar
berdua dengan istriku, entah
apa yang sudah dilakukan
terhadap istriku yang cantik ini.
Istriku kemudian duduk di
sebelah Pak Gun, aku mengambil
tempat di sofa satunya sambil
melihat mereka berdua. "Mari sini
sayang kita lanjutkan permainan
yang terputus," kata Pak Gun.
Dengan sekali tarik, terlepaslah
handuk yang membalut tubuh
istriku, kini dia dalam keadaan
telanjang di hadapan Pak Gun,
terlihat begitu kontras antara
mereka berdua, Lily, istriku yang
cantik, 29 tahun, tinggi 167 cm
dan ukuran dada 34B sedang
berpelukan dengan Pak Gun,
Boss-ku yang berumur sekitar
55 tahun, dengan rambut
putihnya, meskipun sudah
dibilang berumur ternyata
postur tubuhnya masih atletis,
maklum sebagai ex tentara dia
pasti masih menjaga kebugaran
tuguhnya.
Pak Gun dengan segera mencium
buah dadanya yang kenyal
kebanggaanku dari satu ke
satunya, dijilatinya dan sesekali
disedot dan dipermainkan
putingnya dengan lidahnya, Lily
cuma bisa menggelinjang
keenakan sambil tangannya mulai
meraba mencari pinggiran
handuk yang dipakai Pak Gun
dan menariknya sehingga
terlepas. Terlihat batang
kemaluan Pak Gun menegak ke
atas, memang tidak sebesar
punyaku tapi cukup hebat untuk
ukuran seusia beliau. Istriku tak
mau melepaskan pegangannya di
kemaluan Pak Gun, dikocoknya
dan sesekali di putar-putar
seperti mainan anak kecil. "Kita
lanjutkan yang tadi ya Pak,"
bisiknya manja. Tanpa menunggu
jawaban dari Pak Gun, dia berdiri
di atas sofa, dikangkanginya Pak
Gun, Boss-ku, dia mengarahkan
selangkangannya di muka Pak
Gun sementara beliau mengadah
menunggu kedatangannya
dengan mulut terbuka dan lidah
menjulur keluar. Unbelievable,
Pak Gun yang selama ini
dihormati dan disegani orang
sekantor sekarang sedang di
antara selangkangan istriku
sambil menjilati vaginanya seperti
orang kehausan. Sesaat kulihat
istriku melirik ke arahku sambil
tersenyum penuh arti,
sementara tanganku mulai
memijit-mijit kemaluanku yang
masih tertahan di dalam celana.
Tubuh istriku mulai turun-naik di
atas wajah Pak Gun seirama
dengan gerakan lidah beliau,
disapunya seluruh wajah Pak
Gun, sementara tangan Pak Gun
meremas payudara dan pantat
istriku."Shit, you're damned old
man, I like your lick, yess terus
yaa.." teriak istriku, cukup
mengejutkan, tidak ada satu
orang pun berani berkata begitu
kasar pada beliau, tapi kelihatan
beliau oke-oke saja.
Aku sudah tak tahan,
kukeluarkan kemaluanku dari
celana sehingga sekarang aku
bebas memegangi, tapi istriku
tahu hal itu.
"Mas Hend, this is not for you,
you have no turn for this time,
It's Boss only, jangan macam-
macam!" ancam istriku, dan aku
menurut saja sambil terdiam.
Istriku kemudian duduk di sofa,
kakinya dipentangkan lebar dan
lututnya ditekuk.
"Kiss my ass and lick my pussy,
you like it don't you, let my
husband watch his boss doing to
his beutiful wife," dia berkata ke
Pak Gun.
Pak Gun segera berlutut di
depannya dan mulai menjilati
vagina istriku lagi.
"It smell good, yess I like your
pussy," kata Pak Gun terus
menjilat sambil memasukkan jari
tangannya ke lubang vagina
istriku, mulanya satu kemudian
dua dan akhirnya tiga.
Dikocoknya vagina istriku dengan
jarinya sementara lidahnya
menjilati daerah vagina dan
sekitarnya hingga ke anus.
"Ohh yess I like it, yess terus
Pak..!" desah istriku, sambil
mengangkat kakinya tinggi ke
atas, kemudian ditumpangkannya
ke pundak dan akhirnya kaki
mulus itu berpijak ke kepala dan
bahu Pak Gun, Boss-ku.
Pak Gun bangkit dan mengatur
posisi kemaluannya di depan
vagina istriku, hanya berjarak
satu inchi lagi dari bibir
vaginanya, tiba tiba istriku
bangkit dan mendorong tubuh
Pak Gun hingga beliau terdorong
ke belakang.
"I will not let you fuck me unless
you promise that you will not
fuck her tonight and also
tomorrow, this two days you're
mine, deal? otherwise no more
other session after this," ancam
istriku kepada Pak Gun, my Boss.
Ditariknya istriku ke pelukannya
tapi istriku menolak dan tetap
duduk di sofa hingga Pak Gun
kembali berlutut di depannya. "I'll
do it whatever you request as
long I can fuck you," jawabnya,
dan tanpa menunggu lebih lanjut
segera dipeluknya istriku dan
tangannya mulai mengarahkan
kemaluannya ke vagina istriku,
diusapnya bibir vaginanya
dengan kepala kemaluan dan
"Bless.." Tanpa kondom, dengan
sekali dorong masuklah
kemaluannya ke dalam vagina
istriku yang sudah mulai basah,
dia tidak pernah mengijinkan
orang lain bercinta dengannya
tanpa kondom, tapi ini mungkin
lain bagi dia. "Kamu akan
membayangkan betapa asyiknya
bercinta denganku saat kamu
berbulan madu," bisik istriku.
Setelah semua masuk ke vagina
istriku, Pak Gun perlahan mulai
menggoyang tubuhnya keluar
masuk dan istriku
mengimbanginya. Gerakan demi
gerakan menambah erotic
berdua, sementara tanganku
sudah mulai ikut mengocok
kemaluanku, semakin cepat Pak
Gun mengocok istriku semakin
cepat pula tanganku mengocok
kemaluanku.
"Aaah aku keluar.." teriak Pak
Gun. Istriku segera mendorong
tubuh Pak Gun menjauh dan
memintanya berdiri, sementara
dia jongkok di depan Pak Gun,
tepat semprotan Pak Gun keluar
ke arah muka dan tubuhnya,
kemudian istriku menjilati
kemaluan Pak Gun yang masih
belepotan sperma, dikocoknya
kemaluan itu dengan mulutnya
hingga bersih. "Aaahh stop udah..
udah, cukup!" teriak Pak Gun
kegelian, sambil menarik kepala
istriku menjauh. Kemudian
mereka berdua duduk di sofa
dengan lemasnya.
"You have incredible wife, I will
not let her free tonight,"
kemudian dia berdiri mengambil
celananya yang tergeletak di
ranjang.
"Jangan pakai celana dalam dan
jangan coba-coba untuk
mencucinya!" kata istriku.
Aku berdiri dan keluar melihat
suasana di luar, setelah yakin
aman baru mempersilakan Pak
Gun keluar. Sekali lagi french kiss
sambil meremas payudara istriku
yang kesekian kalinya."I'll be
here, please be ready on my
sign," kata beliau, kemudian
keluar menuju kamar pengantin.
Mereka melakukan tak lebih dari
20 menit tetapi rasanya seperti
lebih dari satu jam, kemudian
istriku masuk ke kamar mandi.
Sebenarnya aku ingin minta ke
istriku sekedar quicky tapi dia
menolak dan mengunci pintu
kamar mandi. Beberapa menit
kemudian dia sudah keluar
kamar mandi dengan memakai
gaun malam yang berbeda dari
yang dibawa tadi, berbelahan
dada rendah sehingga tidak
memungkinkan dia memakai bra
dan punggung terbuka
memperlihatkan punggungnya
yang putih mulus, sementara
belahan pahanya cukup tinggi
mungkin legih dari sejengkal di
atas lutut. Dengan pakaian ini dia
terlihat sangat seksi apalagi
ditunjang postur tubuhnya yang
tinggi semampai.
Tepat pukul 7:00 kami sudah di
party hall, sudah banyak
pengunjung yang datang, dari
kalangan bisnis dan expatriate,
sementara sang mempelai sendiri
belum turun ke ruangan. Kami
kemudian berkeliling bersosialisasi
dengan undangan lainnya baik
dari kantor maupun dari luar.
Sekitar 7:30 sang mempelai
masuk ke party hall, diiringi oleh
sanak keluarga dan anak-
anaknya, Pak Gun terlihat begitu
anggun dan berwibawa, sama
sekali bertolak belakang dengan
penampilan dia satu jam yang
lalu meskipun dengan pakaian
yang sama. Kami berdua ikut
antri untuk memberi selamat
kepada mempelai, ketika tiba
giliran kami untuk memberi
selamat, terlihat senyum penuh
arti dari Pak Gun. "Terima kasih
atas kedatangannya Pak
Hendra, Bu Hendra," katanya
kemudian menyorongkan
kepalanya ke istriku untuk sun
pipi, kulihat dia membisikkan
sesuatu yang aku tidak tahu
pasti. Istriku tersenyum dan
istriku melakukan hal yang sama
ke Bu Enny, kemudian kami
kembali berbaur dengan
undangan lain. "Apa katanya?"
tanyakudengan tersenyum
istriku menjawab, "Please be
ready after this, yo're mine
tonight." Gila kan itu orang tua.
Setelah acara resmi, maka
beranjak ke acara santai dimana
kedua mempelai sudah berbaur
dengan para undangan, terlihat
Bu Ennie berdansa dengan salah
satu undangan sementara Pak
Gun melakukan hal yang sama.
Kami terpisah, karena istriku
ngobrol dengan ibu-ibu lainnya
sementara aku dengan teman
kantor maupun rekanan bisnis
lainnya. Di kesempatan lain
kulihat istriku berbincang dengan
Erwin beserta istrinya, Diana
yang cantik jelita, anak tertua
dari Pak Gun, baru menikah 9
bulan yang lalu.
"Mas, sini sebentar!" tiba-tiba
istriku menarikku ke pojok
ruangan.
"Mas, ternyata Erwin menginap
di depan kamar kita, dan
kayaknya dia tau apa yang
dilakukan oleh papanya di kamar
kita," kata istriku cemas.
"Oke nanti aku check deh,"
kataku menentramkan.
Kulihat Pak Gun kelihatan ke
arah kami, tapi dia tidak
berhenti cuma berkata sambil
berlalu.
"Lima menit di kamar pengantin."
"Gila berani amat ini orang,"
komentar istriku sambil berjalan
menuju lift meninggalkanku
sendiri, aku sengaja tidak ikut
karena ingin ngobrol lebih lanjut
dengan Erwin, maka aku dekati
dia yang sedang sendiri, si istri
Diana entah kemana.
"Nice party," sapaku membuka
percakapan, meskipun sekantor
aku tidak telalu akrab, mungkin
ada gap karena dia anak Big
Boss.
"Yah.." katanya dingin.
"Semua keluarga nginap di sini?"
kataku to the poin untuk
memancing pembicaraan.
"Iya dan kamu bukan keluarga
juga ikut nginap," jawabnya
kecut dan angkuh.
"Kan emang ada keperluan."
"Keperluan apa sama Papa, kok
sepertinya tidak bisa dilakukan
di kantor?"
"Enggak, cuman masalah pribadi."
"Pribadi? Pak Hendra jangan
anggap saya bodoh, saya tahu
sudah lama Papa mengagumi istri
Bapak yang seksi itu, dia sering
tanya ke saya waktu itu dan
mungkin sekaranglah saatnya
bagi Papa untuk memenuhi
fantasinya. Aku nggak tahu apa
yang diberikan Papa sehingga
kamu bisa menyerahkan istrimu
ke Papa, saya yakin bukan
masalah uang."
"Nothing, just for fun, Papamu
secara gentlemen minta dan
istriku mau so what's wrong di
antara dua orang dewasa,"
kataku sedikit berbohong.
"Kalau aku yang minta gimana?"
"Papamu menggaransi karirku
sebagai tawaran, at least selama
dia masih menjabat, dan
tawaranmu apa?"
Dia diam sesaat.
"Usulanmu apa?" katanya
menyerah.
"Karir secara teori sudah ada
yang garansi, maka harus
lainnya."
"Iya apa?"
Aku pura-pura berpikir sejenak
sambil membayangkan Diana
yang cantik seperti Diana Pungki.
"Aku tidak butuh apa-apa dari
kamu, jadi sebenarnya posisi kita
sama dalam hal ini, jadi aku usul,
jangan marah kalau nggak
setuju bilang saja tapi tanpa
marah, bagaimana kalau kita
tukaran saja, kamu dengan
istriku dan aku dengan Diana,"
usulku dengan sedikit takut.
Dia diam sejenak tanpa expresi,
tapi jawabannya sungguh
mengagetkan aku.
"Oke setuju, toh ini bukan
pertama kali kami melakukan
swaping, tapi karena istrimu
sudah pernah sama Papa maka
aku minta nilai lebih atas Diana,
aku minta sekali dengan istrimu
tanpa swaping dengan Diana,
bagaimana?" jawabnya.
"Emang Papamu dengan Diana
tidak pernah.." tanyaku asal-
asalan, tapi jawabannya sungguh
kembali tidak terduga.
"Shit! rupanya Papa sudah cerita
banyak tentang Diana, oke-lah
terserah kamu-lah, tapi
prinsipnya aku setuju saja."
"Oke deal, don't worry my
friend," jawabku sambil mengajak
dia bersalaman.
"Kapan direalisasi? soal Diana itu
urusanku."
"Sekarang Ppamu lagi sama
istriku di kamar, masa mau
ngganggu, dan nanti malam
sepertinya nggak mungkin deh,
Papamu mau istriku stand by
anytime malam ini dan besok."
"Sebenarnya sih nggak apa, aku
sama Papa pernah sih main
bareng beberapa kali, bahkan
waktu pertama Papa dengan
Diana saat kita bulan madu, kita
main berempat kok, cewek
satunya seorang call girl high
class, sejak itu saya tahu kalau
ternyata Diana itu bisex, aku sih
welcome saja kalau Diana bawa
teman wanitanya ke ranjang dan
kita main bertiga, jadi nothing
new for us."
Istriku berjalan ke arah kami,
diikuti agak jauh di belakang oleh
Pak Gun yang terlihat tambah
segar.
"Kok sebentar sayang?" sapaku
menyambutnya.
Istriku tidak langsung menjawab
tapi melihat ke arah Erwin yang
berada di sampingku.
"Nggak apa sayang, Erwin sudah
tahu semuanya kok, bahkan kita
ada sedikit bisnis, permainan jadi
berkembang."
Dia membelalakkan mata ke
arahku, entah apa yang ada
dalam pikirannya, Erwin hanya
tersenyum dan meninggalkan
kami berdua ke kelompok
lainnya.
"Apaan sih?" katanya masih tidak
mengerti.
"Entar aku jelasin, eh gimana
barusan," tanyaku.
"Nggak ada yang istimewa, Pak
Gun masuk ke kamar sebelum
aku datang dan begitu masuk
langsung saja aku didekap dari
belakang, kemudian diciumnya
tengkuk dan leherku sementara
tangannya mulai menyelip dan
meremas payudaraku."
Istriku berhenti sesaat ketika
ada orang lewat di dekat kami,
kemudian dia melanjutkan. "Aku
nggak mau kalah kuremas pula
kemaluannya, ternyata sudah
sangat menegang, dan dia minta
blowjob. Kubuka restluiting,
kukeluarkan batang yang sudah
menegang itu dan langsung saja
aku kulum tapi itu nggak lama
kemudian tubuhku ditarik ke
atas dan diputar
membelakanginya, Pak Gun lalu
mengangkat rokku sehingga
tampak celana dalam merah,
tanpa membukanya segera
disapukannya kepala
kemaluannya ke bibir vaginaku,
entah karena ludah atau karena
sudah basah tanpa susah dia
bisa memasukkan kemaluannya
melalui celah celana dalam, terus
didorongnya aku ke dinding
sehingga cuman bersandar di
dinding sementara dari belakang
dia mengerjai aku, disodoknya
semakin lama semakin cepat dan
keras."
Untuk kesekian kalinya, istriku
harus menghentikan ceritanya
karena banyaknya orang lalu
lalang di sekitar kami, semantara
kemaluanku sendiri sudah mulai
menegang mendengar ceritanya.
"Tau nggak Mas, meskipun udah
seumur dia, ternyata dia bisa
melakukan itu 10 menit tanpa
berhenti, dengan posisi seperti
itu, aku sendiri nggak nyangka
lho. Kemudian dia mengeluarkan
spermanya di dalam, ternyata
cukup kuat juga semprotannya
terasa begitu membasahi seluruh
dinding dalamku. Lalu seperti
biasa, aku kulum untuk
bersihkan kemaluannya, ini yang
paling dia suka, belum pernah dia
mengalami seperti itu. Mas aku
terkejut sekali ketika aku kulum
terakhir dia bilang, Ly kamu lebih
hebat daripada Diana, gila nggak
Mas."
"Aku tahu jawabannya, itulah
yang barusan aku sebut
permainan berkembang,
teruskan ceritamu," jawabku
sambil memperhatikan Diana
yang berdiri tak jauh dari
tempat kami.
"Iya itu, setelah selesai aku
kulum habis, dia minta aku
kembali ke pesta tanpa celana
dalam, ya seperti sekarang ini,
dan aku diminta ready setiap
saat Pak Gun ada kesempatan."
"Jadi sekarang kamu nggak
pakai underwear sama sekali,"
tanyaku terkejut sambil
memegang pantat dia yang
ternyata memang polos.
"As you feel it."
"Menurut kamu Erwin bagaimana
orangnya?" tanyaku mulai
memancing.
"Nice guy, dingin dan agak
angkuh mungkin karena anak
boss ya, dan senyumnya itu
dingin-dingin menghanyutkan,"
jawabnya sambil melihat ke arah
Erwin yang berdiri di samping
Diana.
"Tadi Erwin ngajak kita orgy,
menurut kamu gimana?"
tanyaku.
"Mas tertarik sama Diana ya,
kelihatan tuh maunya, aku sih
oke-oke saja, jawabnya sambil
menggodaku.
"Lelaki mana sih yang nggak
tertarik sama cewek kayak
Diana," jawabku membela diri.
"Pak Gun gimana?" tanya istriku.
Aku berpikir sejenak nggak tahu
mau dikemanakan beliau.
"Kita tanya saja sama mereka
nanti," jawabku sambil menuju
pasangan Erwin dan Diana.
Ternyata usulan Erwin lebih gila
lagi, dia akan mengajak Papanya
untuk bergabung bersama,
kemudian Erwin menghampiri
ayahnya, mereka terlihat
berbicara serius sambil berbisik
seolah tidak mau menarik
perhatian undangan lainnya.
Sesaat kemudian Erwin kembali
bergabung dengan kami, "Beres!"
katanya. "Aku bilang bahwa ini
adalah hadiah ulang perkawinan
yang paling hebat yang pernah
ada, soal Bu Enny itu urusanku,
kasih saja obat tidur pasti teler
sampai pagi seperti kecapekan."
Jam 9:30 para undangan sudah
mulai berpamitan dan setengah
jam kemudian kami berempat,
aku dan Lily istriku, Erwin dan
Diana istrinya naik ke kamar
kami, sepertinya everything is
running well. Kami ngobrol sambil
nonton TV, aku dengan Diana di
satu sofa tempat Pak Gun
"mengerjai" istriku, semantara di
sofa lainnya Erwin duduk
berimpit dengan Lily.
Sambil nonton TV, tangan-
tangan kami sudah mulai aktif
merambah ke tubuh pasangan
masing-masing, pertama kali
yang menjadi sasaranku adalah
buah dada Diana yang montok,
sepertinya 36C kemudian
bibirnya yang seksi, segera
kukulum karena dari tadi
memang sudah menjadi
perhatianku di kedua area tubuh
Diana di samping lehernya yang
jenjang putih. Sedangkan Erwin
sepertinya tak mau kalah,
sepintas kulirik ternyata
mulutnya sudah mendarat di
dada istriku, karena gaun malam
Lily memang cukup mudah untuk
dibuka sehingga dalam hitungan
detik gaun itu sudah merosot
setengah badan, tampaklah kulit
Lily yang putih mulus itu.
Sementara aku sedikit kesulitan
membuka baju tradisional Diana
yang cukup kompleks sehingga
progress-nya terhambat. Sejauh
ini hanya berhasil membuka
kebaya bagian atas saja,
meskipun sudah cukup menikmati
bagian bukit di dada Diana yang
montok, tapi masih jauh dari
memuaskan. Sementara Erwin
sudah berhasil melucuti gaun
malam istriku dengan suksesnya
yang sudah tergeletak di
kakinya sehingga Lily totally
telanjang, dan Erwin sendiri
sudah tidak bercelana lagi.
Sedangkan aku, masih berkutat
dengan kebaya si Diana,
meskipun kami masih tetap
berciuman tapi tanganku harus
kerja keras untuk melucutinya,
sengaja aku tidak mau melepas
bra-nya supaya lebih penasaran,
sedangkan Diana dengan
mudahnya melepas celanaku,
seperti halnya Erwin, aku juga
sudah bottomless, dan Diana
tanpa henti terus meremas dan
mengocok kemaluanku yang
sudah menegang. Erwin sudah
berjongkok di antara kaki
istriku, dijilatinya vaginanya,
kulihat istriku sudah mulai
merem-melek dan mendesah
keenakan, Erwin tak lupa
memasukkan tangannya ke
lubang vagina, sementara
lidahnya menyapu bibir vagina
dan sekitarnya.
Setelah dengan perjuangan
keras, akhirnya terlepaslah
kebaya bawahnya sehingga
Diana sekarang hanya memakai
bikini. Bra hitam berenda selaras
dengan celana dalamnya,
menambah pesona seksi pada diri
Diana, tapi aku tidak membiarkan
diriku terlalu lama terpaku
menikmati keindahan tubuhnya,
kupeluk tubuhnya dan kembali
kami berciuman, dari bibir turun
ke leher terus mampir ke
belahan buah dadanya. Segera
kulepas bra yang tanpa tali
penyangga itu sehingga
tersembullah buah dada yang
putih, montok dengan puting
masih kemerahan, meskipun
tidak sekencang punya istriku,
tapi cukup membangkitkan
gairah. Tanpa membuang waktu
lebih lama lagi, kudaratkan
mulutku untuk menjilati,
mengulum dan mempermainkan
puting yang menantang itu,
sementara tanganku sudah
menyelip di dalam celana
dalamnya, ternyata shaved dan
basah.Bajuku sudah terbang
entah kemana, ciumanku terus
turun hingga ke daerah
selangkangannya, kupelorotkan
celana dalamnya maka terlihatlah
bukit gundul di antara kakinya,
sungguh indah dan
menggairahkan. Aku berlutut di
depan bukit itu dan mulai
menjilati bibir vaginanya dengan
mudah karena tidak ada rambut
di sekitarnya, kupakai teori ABC
untuk mempermainkan klitoris
dan vaginanya, cairan dari dalam
vagina terasa lain dengan punya
Lily begitu juga aromanya,
dipermainkan seperti itu Diana
mulai menggelinjang, mengerang
dan mendesah hingga kakinya
dinaikkan ke kepalaku untuk
mempermudah jilatanku padanya.
Erwin sudah berganti posisi
dengan istriku, Lily berlutut di
antara kaki Erwin sambil
mengulum kemaluannya,
dijilatinya kemaluan itu dari
kepala terus turun hingga ke
kantong pelir begitu berulang-
ulang, Erwin mendesah-desah,
tangannya meraih rambut istriku
dan memaksanya untuk
mengulum kemaluannya lebih
dalam, ditarik dan didorongnya
kepala istriku pada kemaluannya.
"Ding.. dong.." bel pintu berbunyi
mengganggu konsentrasi kami
berempat.
"Pasti Papa," kata Erwin dan
meminta istriku untuk membuka
pintu.
Dengan tetap bertelanjang
istriku membuka pintu kamar
dan menyambut kedatangan Pak
Gun.
"Aku adalah tamu
kehormatannya, dan dua
bidadari ini adalah my prize,
kenapa kalian mulai pesta tanpa
menunggu kehadiranku?"
protesnya.
Tanpa menunggu tanggapan dari
lainnya, digandengnya istriku dan
menuju Diana yang kakinya masih
dikepalaku, kemudian beliau
mengajak kedua bidadari
telanjang ke ranjang.
"Sebagai hukuman kamu berdua
hanya boleh melihat tanpa
menyentuh sampai aku ijinkan,"
lanjutnya sambil kedua bidadari
telanjang itu melepas pakaian
beliau.
"Tapi Pa.." protes Erwin.
"Tidak ada tapi, kamu sendiri
yang bilang kalau Diana sebagai
hadiah untukku malam ini,"
potong Pak Gun sambil mulai
mencium bibir istriku, sementara
Diana yang kebagian melepas
celananya langsung memainkan
alat kejantanan mertuanya yang
memang sudah telanjang.
Dilayani dua bidadari cantik dan
seksi seperti Diana dan istriku,
gairah si tua Pak Gun kelihatan
begitu menggebu, dilumatnya
bibir istriku dengan ganas
sementara tangannya meremas
remas payudaranya, dan Diana,
menantunya yang cantik dengan
asyiknya mengulum alat
kejantanan Pak Gun, sang
mertua. Hebatnya lagi disaksikan
oleh suami dari kedua bidadari
itu tanpa bisa berbuat apa-apa.
Aku segera mengambil kursi di
samping ranjang untuk segera
menikmati pertunjukan ini, tanpa
sengaja tanganku mulai
meremas-remas kemaluanku
sendiri yang dari tadi sudah
basah, hasrat untuk
memasukkan alat kemaluanku ke
mulut Diana yang seksi itu
ternyata belum kesampaian.
Sementara Erwin masih berdiri
terpaku entah karena melihat
bagaimana Papanya dilayani oleh
istrinya atau karena hasrat
untuk menikmati istriku tertunda
dan didahului oleh Papanya.Kedua
bidadari itu berganti posisi,
istriku sudah di bawah
mempermainkan kejantanan
beliau, dikulumnya sampai mulut
dia menyentuh pubic area,
berarti semua batang
kejantanan itu berada di dalam
mulutnya, maklum dia biasa
dengan punyaku yang jauh lebih
besar dan panjang, terus
dikeluarkan perlahan-lahan dan
dimasukkan lagi makin lama
makin cepat hingga Pak Gun
yang lagi mengulum puting buah
dada menantunya kelojotan,
entah mungkin sedikit menggigit
puting menantunya, karena
Diana tampak sedikit nyengir.
Tangan Pak Gun meremas buah
dada menantunya yang montok
sementara mulutnya masih di
satunya, semakin cepat gerakan
istriku di alat kejantanannya dan
dibantu belaian tangan Diana di
sekitar daerah kejantanan itu,
maka semakin keras dia
meremas dan menyedot puting
merah mudah itu.Sungguh
pemandangan yang sangat
erotis melihat Pak Gun yang
sudah berambut putih dikerjain
oleh dua bidadari cantik dan
muda dengan full service. Melihat
posisi istriku yang nungging
sehingga vaginanya tepat ke
arah Erwin berdiri seolah
mengundang apalagi dengan
disertai goyangan erotic
menggoda, Erwin melangkah
mendekat tapi aku peringatkan
dengan aba-aba sehingga dia
membatalkan niatnya.
Diana merangkak ke atas, dan
membalikkan tubuhnya
menghadap ke arah istriku,
dikangkanginya mertuanya tepat
di atas mukanya, kemudian
tubuhnya diturunkan sehingga
mulut mertuanya tepat di depan
vaginanya, sang mertua mulai
mempermainkan vagina
menantunya sementara istriku
masih asyik mengulum dan
menjilati kemaluan Pak Gun. Diana
mengatur posisinya ke "69"
dengan mertuanya sehingga
sekarang ada dua mulut bidadari
memainkan kejantanan Pak Gun,
istriku dan Diana menantunya
yang mengulum secara
bergantian. Tak tahan lebih lama
lagi, Pak Gun meminta kedua
bidadari bertukar posisi, istriku
duduk di mukanya semantara
beliau meminta menantunya
langsung memasukkan
kejantanannya ke vaginanya
dengan posisi on top.
Two angel on top, one fuck by
tongue another one by penis,
it's incredible. Diana sepertinya
tak mau membuang kesempatan,
dia menggoyang pantatnya
dengan liar dan cepat, naik
turun tanpa menghiraukan
desahan kenikmatan dari
mertuanya. Diremas-remasnya
sendiri buah dadanya sehingga
menambah erotic pertunjukan ini.
Diperlakukan sedemikian, it's too
much bagi orang seusia Pak Gun,
tak lama kemudian, "Shit I'm
coming, Diana I'm coming,"
teriaknya, tapi menantunya tak
menghiraukan tubuhnya tetap
bergerak erotis di atas
mertuanya, hingga akhirnya
wajahnya ikut menegang,
tangannya mencengkeram erat
kaki mertuanya, ternyata dia
juga orgasme mengikuti
mertuanya. Diana turun dari
mertuanya dan menjilati sisa
sperma yang belepotan di alat
kejantanan mertuanya, istriku
mengikuti Diana ikut meremas-
remas kejantanan Pak Gun
hingga habis dan terkulai lemas.
Para suami hanya bisa
memegang dan mengocok sendiri
kemaluannya, sambil menikmati
pertunjukan bagaimana istrinya
melayani mertua dan bossnya.
Diana turun dari mertuanya dan
menjilati sisa sperma yang
belepotan di alat kejantanan
mertuanya bercampur dangan
cairannya, istriku mengikuti
Diana ikut meremas remas
kejantanan Pak Gun hingga habis
dan terkulai lemas.
"It's my turn," pikirku bersiap
menyambut Diana.
"Guys, you may have Diana for
next one hour, but Lily is
absolutely mine tonight, no one
may do her."
Erwin kelihatan kecewa, berarti
dia harus menunda lagi
menikmati layanan istriku.
Diana turun dari ranjang menuju
ke kamar mandi, tatanan
rambutnya sudah acak-acakan
begitu juga dengan make up di
wajah dan baunya sudah
bercampur dengan aroma
sperma. Sementara di atas
ranjang, istriku tiduran dipelukan
Pak Gun yang kelihatan masih
kelelahan, tangan istriku masih
tetap mengelus kejantanan
beliau dengan lembutnya sesekali
diciumnya wajah Pak Gun dan
beliau membalas dengan
mengelus rambut hitamnya.
Sepuluh menit kemudian Diana
keluar dari kamar mandi masih
bertelanjang ria, aromanya
sudah berbau aroma wangi, dan
tanpa make up dia kelihatan
lebih cantik alami meskipun
rambutnya sedikit acak-acakan.
Dia menuju kami dan duduk di
tengah antara aku dan
suaminya."Ke ruang tengah yuk,
nonton TV!" ajaknya sambil
meneguk orange juice-nya.
Kami bertiga menuju ruang
tengah, kutinggalkan istriku
yang sedang dalam pelukan Pak
Gun, entah apa yang akan beliau
lakukan terhadapnya. Agak
canggung juga aku begitu
bertiga dengan Diana dan
suaminya, ada perasaan tidak
enak dan segan terhadap Erwin.
Untunglah Diana segera membaca
situasi ini, maka kembali dia
duduk di antara aku dan
suaminya di tempat semula kami
melakukan foreplay.
Beberapa saat kemudian,
memecahkan kecanggungan,
Diana mulai ambil peranan.
Tangannya meraba ke pahaku
sementara tangan lainnya
mengelus kemaluan suaminya
sambil berciuman. Aku membalas
dengan memeluk dan meremas
payudaranya dari belakang
ketika mereka berciuman,
sesekali tanganku dan tangan
Erwin bersentuhan saat
meremas daerah yang sama.
Diana mulai mengelus dan
meremas kemaluanku yang mulai
mengeras dan tangan satunya
melakukan hal yang sama pada
suaminya, dia berjongkok di
depanku tangan kirinya masih di
kemaluan suaminya, sambil
mengocok punya suaminya
mulutnya mulai menjilati kepala
kemaluanku, dia kelihatan
kesulitan memasukkan kepalaku
ke mulutnya apalagi sampai
batangnya.
Memang kelihatan sekali kalau
kemaluanku yang 17 cm dan
garis tengah 4 cm, jauh lebih
besar dan lebih panjang
dibanding punya Erwin yang
mungkin cuma 14 cm dengan
garis tengah tidak lebih dari 2,5
cm, hampir sama dengan punya
Pak Gun. Susah payah dia
memasukkan ke mulutnya, tapi
cuma kepalanya saja yang bisa
masuk, kupaksakan dia
memasukkan semuanya. Kepala
Diana aku pegangi dan dorong
supaya lebih masuk lagi
kejantananku ke mulutnya, tapi
dia hanya mampu
mengakomodasi setengahnya
saja, kutarik rambutnya ke atas,
dan kembali kudorong ke bawah,
lebih lama lebih cepat, sama
seperti yang dilakukan
mertuanya ke istriku, I want
fuck her mouth, dan hingga disini
hasratku terhadap dia
sementara terpenuhi.
"Gila punyamu gede banget, the
biggest I've ever get dan
bentuknya antik lagi,
melengkung ke bawah, pasti
aneh deh rasanya," katanya
sambil menatap kagum ke
arahku.
Kemudian dia ganti ke suaminya
yang dari tadi memandangiku
memaksa istrinya mengulum dan
fuck her beautiful wife's mouth.
Belum sempat Diana menjilati
kemaluan suaminya, tiba-tiba
Pak Gun keluar dari kamar tidur.
"I need one guy to help me, aku
perlu start up," katanya
mengagetkan kami.
Tanpa menghiraukan istrinya
yang ada di depannya, Erwin
segera berdiri menawarkan diri.
"Aku mau asal berperan aktif
tanpa diatur lagi," usulnya.
"Ayo cepat, bikin dia sesukamu,"
jawabnya sambil menuju ke
tempat tidur kembali dan diikuti
Erwin yang membiarkan istrinya
masih jongkok di bawah.
"Kita pindah ke kamar yuk! Lihat
apa yang dilakukan suami dan
mertuamu pada istriku," ajakku
meminta persetujuan Diana.
Diana rupanya cukup mengerti
dan mengangguk tanpa suara.
Di atas ranjang, Erwin sudah
berada di antara kaki istriku
yang telentang, sementara
Papanya berlutut di dekat
kepala istriku sambil
menyodorkan kemaluannya ke
mulut istriku, dia menerima
kemaluan itu dengan mulut
terbuka karena sedang
mendesah kenikmatan di kerjain
sama Erwin dari bawah. Tanpa
menunggu lebih lanjut, Pak Gun
segera mengocok kemaluannya
ke mulut istriku hingga masuk
semua, itu bukanlah hal sulit bagi
Lily untuk melayani semua itu,
karena merupakan kesukaannya.
Aku mengambil tempat duduk di
dekat ranjang dan memangku
tubuh telanjang Diana. Sambil
melihat istriku bermain
threesome di ranjang, tanganku
meraba dan meremas payudara
Diana, begitu juga dia membalas
remasanku terhadap
kemaluanku, sepertinya dia
gemas banget dengan punyaku.
Sesekali kukulum putingnya
dengan gigitan-gigitan ringan,
sesekali kusedot dengan
kerasnya sampai dia mendesah,
tergantung suasana di atas
ranjang. Teriakan dan desahan
istriku ternyata berpengaruh
besar terhadap suasana di
kamar itu, semakin mendesah-
desah kedua bapak beranak
semakin liar dan aku dengan
Diana juga semakin agresif. Di
ranjang istriku dalam posisi
merangkak mengulum kemaluan
Pak Gun yang sedang duduk
selonjor sedangkan Erwin
menjilati vagina hingga anus
istriku, sementara dua jari Erwin
mengocok-ngocok lubang
vaginanya. Aku mengikuti,
kumainkan klitoris Diana dengan
dua jariku dan kukocok seirama
dengan kocokan suaminya pada
istriku, Diana mulai ikut
mendesah keenakan. Rambutku
dijambaknya, tapi tak
kupedulikan kukocok vaginanya
semakin cepat. "Ssshh aahh.. ayo
Mas, jangan goda aku gini, aku
ingin merasakan nikmatnya alat
kejantananmu, sshh.. come on!"
desahnya ditelingaku. Erwin
sudah mulai mengusapkan kepala
kemaluannya ke bibir vagina
istriku, saat-saat yang sudah
dari tadi dia nantikan, dan
dengan sekali dorong batang
kemaluan yang tidak besar itu
tertanam semuanya ke dalam
vagina istriku. "Aahh sshh he
emm.." desah istriku sedikit
kaget tanpa melepas
kulumannya pada Pak Gun.
Melihat demikian, tangan Pak
Gun kembali menjambak ringan
rambutnya dan lagi mendorong
ke atas dan ke bawah seirama
kulumannya. Erwin langsung
mendorongkan maju-mundur
dengan keras dan cepat tanpa
ampun seolah tiada hari esok,
semakin keras Erwin mendorong
semakin dalam juga kemaluan
Pak Gun masuk ke dalam
mulutnya, double action effect.
"Mmm ss.. eeghh.." desahan
istriku tidak bisa lepas karena
tersumbat kemaluan Pak Gun.
"Sshh ayo dong Mass, tuh
suamiku udah masuk ke istrimu.."
Diana merajuk memancing sambil
memutar tubuhnya untuk
mengisi vaginanya dengan
penisku, tapi aku ingin posisi lain,
kuingin melihat expresi Diana
saat pertama kali penisku
memasukinya dan aku ingin
mempermainkannya, aku ingin
menikmati desahnya, aku ingin
merasakan hasratnya, aku ingin
merengkuh gairahnya.
Kami berubah posisi, dia duduk
sementara aku jongkok di
depannya, sengaja aku tidak
mau menjilati vaginanya, karena
tentu masih ada sisa sperma
mertuanya. Posisi kemaluanku
sejajar dengan vaginanya, aku
ingin untuk mamasuki dari depan
untuk pertama dia merasakan
punyaku. Kusapukan kepala
penisku di bibir vaginanya,
terasa sedikit aneh karena tidak
ada bulu kemaluannya,
kuusapkan di sekeliling hingga dia
menggelinjang kegelian tak
sabar. Perlahan lahan
kumasukkan kepala penisku ke
lubang kemaluannya very slowly,
tapi dia sudah mulai menegang,
didorongnya tubuhku seolah
menolak kumasuki, kutarik balik
dan kembali kuusapkan di luar
vaginanya yang sudah basah.
Lagi kudorongkan pelan-pelan,
sedikit demi sedikit, Diana
menggigit bibir bawahnya entah
menahan sakit atau menahan
nikmat, kepala penis sudah
masuk kutarik sedikit dan
kumasukkan lagi lebih dalam
begitu seterusnya hingga
separuh batang kemaluanku
sudah berada di dalam vagina
Diana. Tangannya mencengkeram
tanganku dan kepalanya
menengadah menjerit. "Aaahh
shit, soo.. big, aahh ss.."
desahnya. Tak kusangka vagina
Diana masih terasa sempit dan
mencengkeram kemaluanku dari
dalam, mungkin karena dia ikut
tegang. Erwin dan Papanya
sudah berganti posisi, Pak Gun
sedang menyodokkan
kemaluannya ke vagina istriku
dan Erwin menggantikan posisi
Papanya to fuck her mouth.
Setelah tarik-dorong tarik-
dorong beberapa lama akhirnya
semua kemaluanku bisa masuk
ke vagina Diana, kudiamkan
sesaat memberi kesempatan
padanya untuk menikmatinya.
"Gila vaginaku terasa begitu
penuh menyentuh dinding dinding
yang selama ini tidak pernah
tersentuh, yess I like it, aku
akan merindukan saat saat
seperti ini," katanya lirih
memandangku dengan tatapan
aneh.Perlahan mulai kutarik
keluar dan perlahan lagi
kudorong masuk, sampai saatnya
dia siap maka aku mulai
mempercepat frekuensi tarik-
dorong semakin lama semakin
cepat dan tambah keras,
kuhentak hentakkan pinggulku
ke pinggulnya seolah menjebol
seluruh dinding vagina dan
rahimnya.
"Aaahh.. Mass.. yess.. oohh.. god
yess.." desah atau teriakannya
memenuhi ruangan tidur. Tubuh
Diana menggeliat dan tangannya
meremas tepi kursi atau
rambutku, tiba tiba kuhentikan
gerakanku, dia melotot protes
tidak mau kenikmatannya
terhenti.
"Kamu suka?" bisikku, sambil
perlahan menggoyang-goyang
pantatku.
"Yess.. lebih dari yang ka.. kamu
ki.. ki.. ra.." desahnya.
Kutarik pelan penisku dan
kudorong cepat dan keras ke
vaginanya, terus kuhentakkan
lagi dengan kerasnya seiring
dengan teriakan desah istriku
hingga akhirnya..
"Mass Shit! Diana ke.. lu.. aahh.."
Diana teriak karena orgasme,
kurasakan denyutan dan
remasan di vaginanya beberapa
detik lalu tubuhnya melemas.
Bersamaan dengan teriakan
Diana, kudengar juga teriakan
orgasme Pak Gun. Aku nggak
mau melepaskan penisku yang
masih tegang dari vaginanya,
kubiarkan dia melemaskan otot-
ototnya sesaat, lalu kugoyang
kembali tubuhku perlahan untuk
merangsang dia supaya naik lagi.
"Apa yang dilakukan suamimu
pada istriku?" bisikku sambil
menggoyang-goyang, karena
aku membelakangi ranjang
sehingga tak bisa melihat aksi
mereka.
"Mas Erwin dan Papa telentang
sementara istrimu di atas penis
suamiku dan sambil mengulum
penis Papa yang masih belepotan
sperma," katanya agak terbata-
bata di antara desahnya.
"Lebih detail!" kataku sambil
menyentakkan doronganku ke
vaginanya.
"Aaauuwww.." dia menjerit
karena tidak menduga akan aku
perlakukan sekeras itu.
"Mas Erwin mengerjai istrimu dari
bawah, sekarang Papa berdiri
dan meremas payudara istri Mas,
dan Mas Erwin mendorong lebih
keras, aahh.. sshh.. terus Mas
ya.. oohh God.. I love it,"
desahnya terus.
Kuganti posisi ke doggie, supaya
aku juga bisa melihat ke istriku.
Sekarang istriku ambil kontrol,
dia menggoyang-goyangkan
pantatnya dan tubuhnya turun-
naik sementara penis Pak Gun
sudah mulai tegang lagi berada
dalam kulumannya.
"Sepertinya bapak-anak begitu
kompak," kometarku sambil
kembali mengusapkan kepala
penis ke bibir vagina Diana.
"Mereka akan saling memberi
rangsangan secara tidak
langsung, hingga bisa berlanjut
bergiliran, aku tahu itu karena
pernah mengalaminya..
aauuwww.." katanya terputus
ketika kulesakkan penisku ke
dalam dengan sekali sentakan,
kemudian kudiamkan sesaat dan
dia pun diam tak bergerak.
"Terus?" tanyaku.
"Ya mereka bisa orgasme
bergantian dan saling mengisi,
lebih sejam aku dikerjain kayak
gitu sama mereka sampai minta
ampun, kecapekan dan cairanku
habis karena terlalu banyak
keluar.. sshh.." jawabnya sambil
mendesah ketika kutarik dan
kusentakkan lagi hingga terasa
kepala penisku menyentuh
rahimnya.
"Percayalah, mereka tak akan
membiarkan istrimu beristirahat,
apalagi Mas Erwin, kamu sudah
ngerjain istrinya pasti dia akan
balas pada istrimu dan aauu.. ss.."
lagi pembicaraannya terpotong
ketika kusentakkan bersamaan
kutarik pinggulnya ke arahku
sehingga lebih masuk ke dalam,
lalu secara simultan kudorong
dan kutarik dengan keras
sampai kepala Diana digoyang-
goyangkan, kupegang
rambutnya sebagai pegangan
dan lagi kutarik-dorong dengan
keras.
"Yaa aauu.. sshh.. teruss.. yess..
truss.. lebih kerass.." desahnya
mulai menikmati permainanku.
Melihat istri atau menantunya
diperlakukan dengan kasar
begitu ternyata Pak Gun maupun
Erwin mulai berlaku keras pada
istriku and incredible thing
happen, apa kata Diana benar
adanya, mereka begitu kompak.
Istriku di telentangkan, kemudian
mereka berdua menjilati
payudaranya masing-masing
satu, kemudian Pak Gun
merangkak ke selangkangan
istriku, dimasukkannya
kemaluannya ke vagina istriku
dengan kerasnya terus langsung
turun-naik dengan cepat,
terlihat pantatnya maju-mundur
dengan cepat secara terus
menerus, beberapa menit
kemudian, mungkin akan keluar,
dicabutnya penisnya dari vagina
istriku dan ternyata Erwin sudah
siap menggantikan posisinya, dan
Pak Gun kembali mengulum
payudara istriku selama Erwin
mengambil alih posisinya. Erwin
melakukan hal yang sama hingga
beberapa menit, lalu cepat
dicabutnya lagi dan digantikan
oleh bapaknya begitu
seterusnya sampai istriku
mengejang, mengerang,
mendesah, menjerit, menggeliat,
sambil meremas ujung bantal,
entah sudah berapa kali mereka
bertukar bergantian.
Kemudian mereka membalik
tubuh istriku hingga posisi
doggie, kembali Erwin mengambil
peran pertama sementara
Papanya di kepala istriku
menyodorkan penisnya ke
mulutnya, kejadian tadi berulang
lagi dan lagi, entah sudah berapa
kali istriku mengalami orgasme
diperlakukan secara bergilir dan
simultan seperti itu.
Melihat istriku diperlakukan
seperti itu, nafsuku makin
bergairah, kutegakkan badan
Diana hingga berdiri dan
tangannya bersandar pada meja
kerja, kupeluk dari belakang dan
kuremas payudaranya, dengan
sedikit membungkukkan Diana
kumasukkan kemaluanku ke
vaginanya dari belakang, dengan
masih memeluk dan meremas
payudaranya, aku mulai
mengocok vaginanya dengan
penisku.
"Ouugghh.. yess.. fuck me
harder!" bisiknya.
"Yang keras!" kataku.
"Fuck me harder.. harder..
pleaasse.." teriaknya.
Tanpa menunggu lebih lanjut,
kunaikkan speed dan
frekuensinya hingga dia
mengerang dan kulepas
pelukanku untuk memberi
kebebasan dia berekspresi. Diana
menelungkup di meja dan kaki
tetap di lantai, tangannya
memegang tepian meja hingga
posisi pantatnya lebih
memudahkan akses masuk lebih
dalam ke vaginanya, sungguh
cerdik dia.
"Ooohh yess, harder.. yess,
faster.. ya ehmm, fuck me as you
want," desahnya terus,
sepertinya sudah lepas kontrol.
Dengan cairannya, kumasukkan
jariku ke lubang anusnya untuk
menambah gairah, ternyata dia
menyukainya.
"Yess yaa teruss.. I like it,"
kembali dia mendesah liar.
"Now, your turn!" perintahku.
Kemudian aku kembali duduk di
tempat yang tadi. Diana
membelakangiku dan mengatur
posisi di pangkuanku, perlahan
menurunkan badannya hingga
semua alat kemaluanku bisa
masuk ke vaginanya dan
langsung menggoyang liar,
terasa betul bagaimana kepala
penis di dalam menggesek
dinding-dinding vagina atau
mungkin bahkan rahim, begitu
liar as she never fucked before.
Diana begitu histeris, entah
sudah berapa kali dia orgasme,
beruntung dia begitu kompak
denganku sehingga mau
mengatur irama permainan
sehingga aku tidak sampai
orgasme sebelum sesuai yang
diinginkan.
Dengan posisi begini, kami berdua
bisa melihat ke arah ranjang.
Istriku telentang di atas tubuh
Erwin yang mengocoknya dari
bawah, sementara Pak Gun
berusaha menjepitkan
kemaluannya ke payudara
istriku, agak susah memang
karena tidak sebesar punya
Diana, tapi sudah cukup untuk
membuat beliau melayang,
sesekali dimasukkan
kemaluannya ke mulut istriku,
hingga kudengar teriakan beliau.
"Shit I'm coming," yang ternyata
tetap berada di mulut istriku
atau istriku tak mau melepasnya.
Kemudian istriku duduk tetap di
atas tubuh Erwin dan menaik-
turunkan pantatnya dengan
cepat, tak lama kemudian Erwin
pun kelojotan, orgasme. "Ouuhh
bitch!" teriaknya, tapi istriku
tidak berhenti bergoyang hingga
dia juga ikut menegang, matanya
memejam dan kepalanya
digoyang-goyangkan ke kiri-
kanan atas-bawah tanda dia
sedang orgasme, ternyata
mereka bisa orgasme secara
bersamaan.
Diana sekarang menghadap ke
arahku karena, goyangannya
makin liar hingga akhirnya aku
tak tahan lagi, kutumpahkan
spermaku di dalam hingga
menghantam dinding-dinding
dalam vaginanya. Bersamaan
dengan denyutan keras
meremas kemaluanku yang juga
sedang berdenyut, kami keluar
bersamaan. Kutelentangkan dia
di kursi, kumasukkan kemaluanku
yang berlumur sperma dan mulai
melemas. Diana mengocok dan
mengulum kemaluanku hingga
totally lemas, sehingga bisa
masuk semua ke mulutnya.
Akhirnya kami semua terkulai
lemas, entah sudah berapa lama
berlangsung. Kuajak Diana ke
ruang tamu untuk bersantai,
kutinggalkan istriku yang
terkulai di antara Erwin dan
Papanya di atas ranjang. Entah
mereka masih bisa lanjut lagi apa
tidak aku juga tidak tahu. "Mas
Erwin dan Papa kalau berdua
gitu begitu kompak dan sama
gilanya, beberapa kali aku
mengalami sampai minta ampun,
apalagi waktu itu masih bulan
madu, meskipun aku nggak virgin
tapi dikeroyok kayak gitu baru
pertama kalinya, ya kewalahan
kan," katanya ketika kami sudah
relaks di sofa kamar tamu.
Sekitar jam 4:00 pagi, Pak Gun
meninggalkan kami berempat dan
sempat pesan, "Tomorrow your
wife still mine," dia sempat tidur
sesaat, kuajak Diana ke tempat
tidur, ternyata istriku sudah
tertidur dipelukan Erwin masih
dalam keadaan telanjang.
Perlahan kami gabung dengan
mereka tidur di ranjang,
bersebelahan, kudekap istri
Erwin dipelukanku dan kami pun
tertidur.
TAMAT

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

HOME

U-ON


Teacher & Student (174)
Lesbian (232)
Double Penetration (84)
Masturbation (222)
Doctor & Nurse (285)
Handjob (60)
Sunny Leone Sex Video
Indonesian Porn Video
Japan School Girl Sex
mrs Teacher Sex In Class
3 Teen Girls Fucking 1 Man
Sex In The Bathroom
Indian Very Young Wife RapE Video.3gp
Indian Actress Madhu Sharma Sex Video.3gp
School Girl 1st Time Sex Video (3.7MB).3gp
Katrina Kaif New Sex Video (4.5MB).3gp
College Girl Ankita Lokhande Sex Video.3gp